Monday, June 25, 2007

Ahli Sunah mengecam peledakan di Samarra

Ahli Sunah mengecam peledakan di Samarra

www.infosyiah.com

Maulawi Ishaq Madani salah satu ulama Ahli Sunah mengecam peledakan terorisme di Haram Imam Ali Naqi dan Imam Hasan Askari as.

Ulama Ahli Sunah ini mengatakan, “Ahli Sunah juga seperti orang-orang Syiah, marah atas pengulangan kejahatan peledakan dua Haram Imam maksum as di Samarra, dan ingin menghukum kelompok-kelompok teroris yang melakukan kejahatan-kejahatan seperti ini yang bertujuan memancing pertempuran antar mazhab”.

Dalam peledakan hari Rabu kemarin, dua menara Haram Imam Ali Naqi dan Imam Hasan Askari as hancur total.

Pada tanggal 22 Februari 2006 juga dilakukan peledakan di dua Haram Imam Ali Naqi dan Imam Hasan Askari as yang menyebabkan kerusakan berat, dan marahnya kaum muslimin dunia.

Ahmad al-Thib: Isu tahrif al-Quran di kalangan Syiah adalah bohong

Ahmad al-Thib: Isu tahrif al-Quran di kalangan Syiah adalah bohong

www.infosyiah.com

Salah seorang pemikir besar Mesir dalam sebuah program tayangan televisi menyebutkan bahwa isu yang selama ini disebarkan mengenai dalam Syiah ada tahrif al-Quran adalah sebuah kebohongan yang nyata. Ia menjelaskan, orang-orang Syiah mempergunakan al-Quran yang sama dipakai di negara-negara Islam.

Laporan yang diturunkan oleh Rasa News menukil dari siaran televisi Nil Mesir Doktor Ahmad al-Thib salah seorang ilmuwan Mesir dalam acara pagi berjudul “Al-Quran; Buku yang dijaga dari tahrif” dalam sebuah program berseri bertajuk Hadis dan Fiqih, ia mengisyaratkan ayat yang berbunyi “Innaa Nahnu Anzalna al-Dzikra Wa Innaa Lahu Lahafizhun” dan menegaskan, dalam sejarah kehidupan manusia tidak ada buku yang telah melewati zaman dan terjadi kejadian-kejadian besar yang tidak ditahrif baik secara lahiriah maupun isinya.

Ia melanjutkan, cara dan kualitas Allah menjaga al-Quran adalah sangat penting. Semenjak masa turunnya al-Quran sampai sekarang miliaran orang yang memanfaatkannya. Kekuasaan ilahi yang senantiasa menjaga buku ini. Akal manusia tidak mampu untuk memahami bagaimana Ia menjaga buku ini.

Dalam acara itu ia mengingatkan, sangat disayangkan saat ini ada orang-orang yang masih mempercayai bahwa orang-orang Syiah meyakini adanya tahrif atas al-Quran, bahkan percaya bahwa Syiah punya al-Quran selain al-Quran yang ada ini. Secara terang-terangan saya mengumumkan: Masalah ini tidak benar. Ucapan ini dilontarkan hanya untuk membuat umat berselisih.

Tambahnya, dengan melihat secara sederhana terhadap al-Quran yang terdapat di masjid-masjid dan pusat-pusat penelitian di Iran, Yaman, Irak dan di daerah-daerah yang banyak penduduk Syiahnya akan dapat dilihat bagaimana al-Quran yang ada itu sama dengan al-Quran yang ada di Arab Saudi, Mesir dan negara-negara Islam lainnya.
Salah seorang pemikir besar Mesir dalam sebuah program tayangan televisi menyebutkan bahwa isu yang selama ini disebarkan mengenai dalam Syiah ada tahrif al-Quran adalah sebuah kebohongan yang nyata. Ia menjelaskan, orang-orang Syiah mempergunakan al-Quran yang sama dipakai di negara-negara Islam.

Laporan yang diturunkan oleh Rasa News menukil dari siaran televisi Nil Mesir Doktor Ahmad al-Thib salah seorang ilmuwan Mesir dalam acara pagi berjudul “Al-Quran; Buku yang dijaga dari tahrif” dalam sebuah program berseri bertajuk Hadis dan Fiqih, ia mengisyaratkan ayat yang berbunyi “Innaa Nahnu Anzalna al-Dzikra Wa Innaa Lahu Lahafizhun” dan menegaskan, dalam sejarah kehidupan manusia tidak ada buku yang telah melewati zaman dan terjadi kejadian-kejadian besar yang tidak ditahrif baik secara lahiriah maupun isinya.

Ia melanjutkan, cara dan kualitas Allah menjaga al-Quran adalah sangat penting. Semenjak masa turunnya al-Quran sampai sekarang miliaran orang yang memanfaatkannya. Kekuasaan ilahi yang senantiasa menjaga buku ini. Akal manusia tidak mampu untuk memahami bagaimana Ia menjaga buku ini.

Dalam acara itu ia mengingatkan, sangat disayangkan saat ini ada orang-orang yang masih mempercayai bahwa orang-orang Syiah meyakini adanya tahrif atas al-Quran, bahkan percaya bahwa Syiah punya al-Quran selain al-Quran yang ada ini. Secara terang-terangan saya mengumumkan: Masalah ini tidak benar. Ucapan ini dilontarkan hanya untuk membuat umat berselisih.

Tambahnya, dengan melihat secara sederhana terhadap al-Quran yang terdapat di masjid-masjid dan pusat-pusat penelitian di Iran, Yaman, Irak dan di daerah-daerah yang banyak penduduk Syiahnya akan dapat dilihat bagaimana al-Quran yang ada itu sama dengan al-Quran yang ada di Arab Saudi, Mesir dan negara-negara Islam lainnya.

Persatuan ulama Islam Irak telah terbentuk

Persatuan ulama Islam Irak telah terbentuk

http://infosyiah.wordpress.com

Ulama Ahli sunah dan Syiah Irak dua hari lalu dalam konferensi yang dilakukan di Baghdad berusaha bersama-sama untuk mendirikan persatuan ulama Islam Irak.

FARS menukil dari situs Muhith, Ahmad Abdul Ghafur Samurra’i ketua Urusan Wakaf Irak salah seorang ulama Ahli Sunah dalam konferensi ini menegaskan: Konferensi ini diadakan oleh ulama Islam Irak dan tidak punya tujuan politik apapun.

Ia menambahkan: Banyak dari ulama yang hadir dalam konferensi ini dengan tujuan untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah di Irak. Dan ini akan dilakukan dengan persatuan kaum muslimin baik Syiah maupun Ahli Sunah. Mereka dapat memikirkan mengenai persatuan nasional dan solidaritas Islam.

Para peserta pada akhir konferensi mengeluarkan pernyataan bersama untuk mengamalkan kewajiban syariat Islam yaitu persatuan kaum muslimin sekaligus mengutuk aksi-aksi yang mengakibatkan terbunuhnya orang-orang yang tidak berdosa.

Seruan Persatuan dari Kantor Resmi Ayatullah al-Udzma as- Sayyid Ali as-Sistani di Najaf-Irak

Seruan Persatuan dari Kantor Resmi Ayatullah al-Udzma as- Sayyid Ali as-Sistani di Najaf-Irak

Bismillahirrahmanir rahim

“Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu sekali bercerai berai…”. (Ali Imron: 103)

Umat Islam sedang melalui masa-masa sulit dan menghadapi bermacam krisis serta berbagai tantangan besar yang mana semua problem tersebut saat ini telah dapat dirasakan dan mengancam masa yang akan datang. Dalam kondisi seperti ini, semua orang mengetahui akan pentingnya merapatkan barisan, menepis perselisihan, menjauhi slogan-slogan yang berbau sektarian serta hal-hal yang dapat menimbulkan perselisihan antar mazhab. Semua perselisihan- perselisihan yang telah berlalu berabad-abad dan tak ada solusi yang dapat memuaskan semua pihak. Oleh karena itu, alangkah baiknya kita menjauhi perdebatan seputar masalah tersebut di luar pembahasan ilmiah di mana masing-masing pihak yang terlibat dalam dialog itu saling memahami kebutuhan lawannya, apalagi masalah tersebut tidak bersentuhan langsung dengan prinsip-prinsip agama dan pilar-pilar ideologi. Sebab mereka semua adalah orang-orang yang beriman kepada Allah Yang maha Esa, percaya kepada risalah nabi Muhammad saw, percaya kepada hari kebangkitan, percaya bahwa al-Qur’an –yang telah dijaga oleh Allah dari berbagai penyimpangan- dan Sunah Nabi sebagai rujukan bagi hukum-hukum syari’at, percaya kepada keharusan mencintai Ahlul Bayt as, dan masih banyak lagi titik-titik kesamaan lainnya yang telah disepakati oleh segenap kaum muslimin antara lain; masalah salat, puasa, haji, dan lain sebagainya.

Semua kesamaan tersebut adalah fondasi dasar bagi persatuan Islam. Oleh Karena itu haruslah masalah ini menjadi fokus seluruh kaum muslimin demi mempererat kecintaan di antara mereka. Setidaknya masing-masing dari mereka dapat saling menghargai dan menghormati dan tidak terjebak dalam perselisihan- perselisihan yang menyangkut masalah mazhab dan sektarian dalam bentuk apapun.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya setiap orang yang sangat mencintai kemuliaan Islam dan kemajuan kaum muslimin mencurahkan segala upayanya di jalan perapatan barisan antara kaum muslimin, dan memperkecil beban ketegangan-ketegangan yang ditimbulkan oleh sebagian tarik-menarik politik supaya tidak menambahkan perselisihan di antara mereka. Dan supaya musuh-musuh Islam tak mampu merealisasikan harapan mereka untuk menguasai Negara-negara Islam berikut kekayaannya.

Tetapi sayangnya, sebagian orang dan kalangan malah berbuat sebaliknya. Bahkan mereka berusaha menebar perselisihan dan mempertajam berbagai perselisihan sektarian di antara kaum muslimin. Bahkan setelah meningkatnya pergolakan politik di Timur Tengah dan mengerasnya pertikaian dalam upaya merebut kekuasaan yang terjadi akhir-akhir ini. Mereka justru lebih gigih menonjolkan dan menyebarluaskan perbedaan-perbedaan mazhab. Dan tidak hanya itu, mereka pun meracik perbedaan sendiri dengan menggunakan metode-metode fitnah demi mewujudkan pandangan sinis mereka terhadap mazhab tertentu serta mengurangi hak-hak para penganut mazhab itu, dan membuat orang lain takut kepada mazhab tersebut.

Dalam rangka ini pula, kadang kala sebagian media massa –situs-situs internet, majalah dan lain sebagainya- menyebarkan fatwa-fatwa aneh yang menyudutkan sebagian kelompok dan mazhab Islam dan fatwa-fatwa itu disandarkan kepada Ayatullah al-Udzma as-Sayyid Ali al-Sistani (semoga beliau selalu berada di bawah naungan Allah). Yang mana tujuan dari penisbatan itu tiada lain hanyalah untuk mencoreng kedudukan mulia Marja’iyah, serta menambah keretakan antar kelompok.

Fatwa-fatwa Sayyid Ali al-Sistani (semoga beliau selalu berada di bawah naungan Allah) hanya dapat diambil dari sumber-sumber yang dapat dipercaya –seperti buku-buku fatwa yang sudah dikenal dan dapat dipercaya, yang di dalamnya terdapat bubuhan tanda tangan beliau-, dan di dalam buku-buku fatwa itu sama sekali tidak ada kata-kata sinis terhadap kaum muslimin dari seluruh mazhab Islam. Dan siapa saja yang mengetahui buku-buku fatwa beliau, walaupun hanya sepintas, niscaya akan mengetahui kebohongan tudingan yang diarahkan kepada beliau. Dan (mereka) akan menyebarkan berita yang berbeda dari yang telah disebarkan.

Selain dari itu, sikap-sikap serta pernyataan beliau di tahun-tahun silam seputar derita yang dialami oleh negeri Irak yang terluka, dan wasiat-wasiat yang beliau arahkan kepada para pengikut dan mukallid beliau supaya mereka mencintai dan menghormati saudara-saudara mereka dari kalangan Ahlusunah. Dan beliau juga seringkali menekankan bahwa darah seorang muslim haram untuk ditumpahkan, tak pandang bulu apakah ia seorang Sunni ataukan Syi’ah. Dan tidak hanya itu, kehormatan serta hartanya juga harus dijaga. Dan beliau berlepas diri dari siapa saja yang menumpahkan darah saudara seagamanya, tanpa memandang apapun mazhabnya… Semua ini menunjukkan dengan jelas jalan yang ditempuh serta pandangan beliau sebagai seorang Marja’ Taklid terhadap seluruh mazhab. Dan seandainya para penganut setiap mazhab dapat menyikapi perbedaan dengan metode yang diterapkan oleh beliau, niscaya tak akan kita saksikan kekerasan dan pembantaian keji yang merajalela di setiap tempat yang tak membedakan antara anak kecil dan orang tua, serta wanita yang sedang hamil. Dan hanya kepada Allah-lah tempat kita mengadu.

Kami memohon kepada Allah untuk menggapai tangan semua orang dan mengarahkan kepada yang terbaik bagi umat ini. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Kantor Ayatullah al-Udzma as-Sayyid as-Sistani

(semoga beliau selalu dalam naungan Allah)

an-Najaf al-Asyraf

14/Muharam/1428

3/2/2007

Pesan Rahbar Ayatullah Sayyid Ali Khamene’i kepada umat Islam sedunia

Pesan Rahbar Ayatullah Sayyid Ali Khamene’i kepada umat Islam sedunia

Bismillahirrahmanirrahim

Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un

Tangan-tangan jahat para penyulut fitnah kembali lagi menusukkan pisau beracunnya ke dalam tubuh umat Islam. Mereka melakukan kejahatan paling tragis. Peristiwa peledakan di Haram Samarra dan penghinaan terhadap kehormatan makam dua Imam suci, Ali-Al-Hadi dan Hasan al-Askari as tidak hanya melukai hati orang-orang Syiah dunia, melainkan juga menyakiti hati seluruh kaum muslimin yang mencintai keluarga Rasulullah saw. Dunia Islam berada di hadapan konspirasi mengerikan yang bertujuan mewujudkan perang saudara di Irak dan menyibukkan bangsa-bangsa muslimin dengan konflik-konflik berdarah sektarian.

Para pelaku kejahatan peledakan yang buta hati dan memalukan ini; baik dari sisa-sisa anggota kafir partai Ba’ts atau orang-orang kaku dan fanatik yang tertipu oleh ajaran Wahabi/Salafi, pasti pelaku asli di balik semua rencana ini adalah badan intelijen tentara pendudukan Amerika dan Rezim Zionis. Tentara pendudukan Amerika berusaha untuk melemahkan kekuatan pemerintah yang sah yang dipilih oleh rakyat Irak dan untuk menjustifikasi kehadirannya yang ilegal di Irak dengan memberikan peluang yang besar kepada para teroris dan pelaku keonaran agar terjadi konflik berdarah antara saudara sesama muslim di sana. Haram Imam Ali al-Hadi dan Imam Hasan al-Askari selama berabad-abad di hormati oleh orang-orang Ahli Sunah di Samarra. Tidak pernah dalam sebuah periode pun seorang dari Ahli Sunah melakukan penghinaan atas dua kuburan suci itu.

Saat ini, dalam periode pendudukan Amerika untuk kedua kalinya tanpa malu dan secara keji melanggar kehormatan dua kuburan manusia suci di sana. Tentara pendudukan di Irak tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab ini.

Saudara-saudara Ahli Sunah dan Syiah, Sadar dan waspadalah! Jangan sampai kalian terjatuh ke dalam jaringan konspirasi musuh.

Seluruh umat Islam di dunia harus lebih waspada menghadapi rencana dan konspirasi musuh-musuh Islam untuk memecah belah kaum muslimin dan terjadinya konflik berdarah sesama mereka. Saat ini, musuh di Irak, Palestina, Lebanon dan di setiap tempat di dunia Islam sedang berusaha agar terjadi perang bersaudara antar sesama muslimin. Mereka mempergunakan berbagai macam isu seperti mazhab, etnis, partai politik dan lain-lainnya untuk menggerakkan kaum muslimin agar saling berhadap-hadapan dan saling bunuh antar sesama saudara muslim.

Kaum muslimin tidak boleh membantu tujuan busuk mereka. Ulama Ahli Sunah harus mengecam tragedi Samarra. Mereka harus mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak setuju dengan aksi yang dilakukan oleh pelaku peledakan itu. Ulama Syiah pengikut Ahlul Bait as harus mengajak para pengikut Ahlul Bait untuk menahan diri. Seluruh ulama dan tokoh-tokoh dunia Islam hendaknya merekomendasikan kepada setiap pengikutnya untuk merasa satu hati dengan saudara-saudaranya yang lain dan menghormati keyakinan setiap mazhab yang ada.

Saya mengucapkan bela sungkawa yang menimpa umat Islam ini kepada Imam Mahdi af Arwahuna Fidahu.

Semoga Allah memusnahkan kejahatan para mustakbir yang zalim dan kafir terhadap kaum muslimin.

Wassalamu Ala Ibadi al-Shalihun

Sayyid Ali Khamene’i

24 Khurdad 1386[Saleh L]

Ayatullah Sistani mengutuk serangan ke masjid Ahli Sunah

Ayatullah Sistani mengutuk serangan ke masjid Ahli Sunah

Ayatullah Sayyid Ali Sistani marja taklid orang-orang Syiah Irak, mengutuk serangan yang dilakukan terhadap masjid-masjid Ahli Sunah di Bashrah.

Hamid al-Khifaf wakil Ayatullah Sistani dalam wawancaranya mengatakan, “Ayatullah Sistani mengutuk keras serangan terhadap kuburan Thalhah salah satu sahabat Rasulullah saw dan masjid agung Asyarah Mubassyarah yang terhitung masjid Ahli Sunah di kota Bashrah”.

Ia menambahkan, “Ayatullah Sistani meminta kepada seluruh kaum mukminin untuk berusaha sekuat tenaga untuk mencegah penyerangan terhadap kuburan para sahabat Nabi dan masjid-masjid”.

Sekelompok orang-orang tak dikenal yang meledakkan Haram Imam Ali al-Hadi dan Imam Hasan al-Askari pada hari Rabu kemarin di Samarra, mereka juga melakukan serangan-serangan secara acak terhadap masjid-masjid Ahli Sunah. Aksi-aksi ini membuat ulama Syiah mengutuk sikap mereka.

Pesan Ayatullah Al-‘Uzhma Fadhil Lankarani dalam peristiwa Samarra

Pesan Ayatullah Al-‘Uzhma Fadhil Lankarani dalam peristiwa Samarra

http://infosyiah.wordpress.com

Tangan kotor kaum fanatik dan imperialisme kembali menciptakan musibah besar dan membuat kita muslimin dan seluruh pengikut mazhab Syiah berduka. Penghinaan dan perusakan dua makam suci di Samarra yang terjadi kembali dalam rentang waktu yang sangat pendek menghikayatkan betapa dalamnya permusuhan yang dimiliki oleh musuh-musuh Islam. Tidak diragukan lagi bahwa seluruh tindakan itu terlaksana atas rekayasa Amerika dan seluruh kaum imperialis dengan prakarsai oleh Zionisme. Bagi mereka yang tahu masalah sudah jelas bahwa Wahabisme beserta seluruh sekte-sekte Islam lain (yang berkepentingan) berada di luar Islam dan terlahirkan dari kekafiran dan kaum Yahudi. Mereka tidak memiliki filsafat kehidupan kecuali menentang Islam dan al-Quran dan menciptakan perpecahan di kalangan muslimin. Kelompok ini tidak hanya ingin menghancurkan seluruh simbol suci mazhab Syiah, tetapi bertujuan untuk membumihanguskan seluruh simbol suci Islam, termasuk makam suci Rasulullah saw. Pada suatu hari, mereka juga akan membidik al-Quran dan Ka’bah. Sangat disayangkan sekali, pada peristiwa sebelumnya, dunia Islam tidak menunjukkan reaksi yang fundamental. Jika seluruh negara Islam dan para ulama Islam menunjukkan reaksi yang serius, pada hari ini kaum musyrik yang bertopeng tauhid ini tidak akan berani bertindak demikian. Sembari memelihara persatuan dan ketenangan situasi, seluruh muslimin dan para pengikut mazhab Syiah harus mencari solusi fundamental untuk membuang anak haram (Wahabisme) ini.

Seluruh umat tahu bahwa para imam suci as. adalah figur tauhid di tengah-tengah masyarakat manusia, dan menghormati makam mereka adalah sebuah tali yang kokoh untuk mendekatkan diri kepada Allah dan termasuk salah satu manifestasi pengagungan terhadap syiar-syiar Allah.

Pada suatu hari, Amerika memerintahkan orang-orang bodoh dalam topeng orang alim untuk mengafirkan Syiah. Dan sekarang, negara ini juga menggunakan kelompok ini untuk merusak simbol-simbol suci Islam dan menciptakan perang intern di kalangan negara-negara Islam. Ini adalah sebuah realita yang sangat menuntut kesadaran kita. Para musuh Islam dan Ahlul Bait as. harus mengecamkan dalam benak mereka bahwa seluruh peristiwa itu akan membuat muslimin sejati semakin mantap dalam mengagungkan dan memuliakan Ahlul Bait as. Kami berharap pemerintah Irak mengambil langkah yang tegas dalam memelihara seluruh makam suci dan menjaga simbol-simbol suci yang menjadi tujuan hati kaum muslimin itu.

Saya pribadi menghaturkan ucapan bela sungkawa atas peristiwa menyakitkan ini kepada Imam Mahdi af dan memohon kesabaran dan pahala kepada Allah swt untuk seluruh pencinta Ahlul Bait as.[infosyiah]

Muhammad Fadhil Lankarani

Monday, June 18, 2007

Ahli Sunah mengecam peledakan di Samarra

Ahli Sunah mengecam peledakan di Samarra

http://infosyiah.wordpress.com/2007/06/14

Ahli Sunah mengecam peledakan di Samarra

Maulawi Ishaq Madani salah satu ulama Ahli Sunah mengecam peledakan terorisme di Haram Imam Ali Naqi dan Imam Hasan Askari as.

Ulama Ahli Sunah ini mengatakan, “Ahli Sunah juga seperti orang-orang Syiah, marah atas pengulangan kejahatan peledakan dua Haram Imam maksum as di Samarra, dan ingin menghukum kelompok-kelompok teroris yang melakukan kejahatan-kejahatan seperti ini yang bertujuan memancing pertempuran antar mazhab”.

Dalam peledakan hari Rabu kemarin, dua menara Haram Imam Ali Naqi dan Imam Hasan Askari as hancur total.

Pada tanggal 22 Februari 2006 juga dilakukan peledakan di dua Haram Imam Ali Naqi dan Imam Hasan Askari as yang menyebabkan kerusakan berat, dan marahnya kaum muslimin dunia

Pesan Rahbar Ayatullah Sayyid Ali Khamene’i kepada umat Islam sedunia

Pesan Rahbar Ayatullah Sayyid Ali Khamene’i kepada umat Islam sedunia

sayyid-ali-khamenei.jpg

http://infosyiah.wordpress.com/2007/06/15

Bismillahirrahmanirrahim

Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un

Tangan-tangan jahat para penyulut fitnah kembali lagi menusukkan pisau beracunnya ke dalam tubuh umat Islam. Mereka melakukan kejahatan paling tragis. Peristiwa peledakan di Haram Samarra dan penghinaan terhadap kehormatan makam dua Imam suci, Ali-Al-Hadi dan Hasan al-Askari as tidak hanya melukai hati orang-orang Syiah dunia, melainkan juga menyakiti hati seluruh kaum muslimin yang mencintai keluarga Rasulullah saw. Dunia Islam berada di hadapan konspirasi mengerikan yang bertujuan mewujudkan perang saudara di Irak dan menyibukkan bangsa-bangsa muslimin dengan konflik-konflik berdarah sektarian.

Para pelaku kejahatan peledakan yang buta hati dan memalukan ini; baik dari sisa-sisa anggota kafir partai Ba’ts atau orang-orang kaku dan fanatik yang tertipu oleh ajaran Wahabi/Salafi, pasti pelaku asli di balik semua rencana ini adalah badan intelijen tentara pendudukan Amerika dan Rezim Zionis. Tentara pendudukan Amerika berusaha untuk melemahkan kekuatan pemerintah yang sah yang dipilih oleh rakyat Irak dan untuk menjustifikasi kehadirannya yang ilegal di Irak dengan memberikan peluang yang besar kepada para teroris dan pelaku keonaran agar terjadi konflik berdarah antara saudara sesama muslim di sana. Haram Imam Ali al-Hadi dan Imam Hasan al-Askari selama berabad-abad di hormati oleh orang-orang Ahli Sunah di Samarra. Tidak pernah dalam sebuah periode pun seorang dari Ahli Sunah melakukan penghinaan atas dua kuburan suci itu.

Saat ini, dalam periode pendudukan Amerika untuk kedua kalinya tanpa malu dan secara keji melanggar kehormatan dua kuburan manusia suci di sana. Tentara pendudukan di Irak tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab ini.

Saudara-saudara Ahli Sunah dan Syiah, Sadar dan waspadalah! Jangan sampai kalian terjatuh ke dalam jaringan konspirasi musuh.

Seluruh umat Islam di dunia harus lebih waspada menghadapi rencana dan konspirasi musuh-musuh Islam untuk memecah belah kaum muslimin dan terjadinya konflik berdarah sesama mereka. Saat ini, musuh di Irak, Palestina, Lebanon dan di setiap tempat di dunia Islam sedang berusaha agar terjadi perang bersaudara antar sesama muslimin. Mereka mempergunakan berbagai macam isu seperti mazhab, etnis, partai politik dan lain-lainnya untuk menggerakkan kaum muslimin agar saling berhadap-hadapan dan saling bunuh antar sesama saudara muslim.

Kaum muslimin tidak boleh membantu tujuan busuk mereka. Ulama Ahli Sunah harus mengecam tragedi Samarra. Mereka harus mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak setuju dengan aksi yang dilakukan oleh pelaku peledakan itu. Ulama Syiah pengikut Ahlul Bait as harus mengajak para pengikut Ahlul Bait untuk menahan diri. Seluruh ulama dan tokoh-tokoh dunia Islam hendaknya merekomendasikan kepada setiap pengikutnya untuk merasa satu hati dengan saudara-saudaranya yang lain dan menghormati keyakinan setiap mazhab yang ada.

Saya mengucapkan bela sungkawa yang menimpa umat Islam ini kepada Imam Mahdi af Arwahuna Fidahu.

Semoga Allah memusnahkan kejahatan para mustakbir yang zalim dan kafir terhadap kaum muslimin.

Wassalamu Ala Ibadi al-Shalihun

Sayyid Ali Khamene’i

24 Khurdad 1386

Qatar Gelar Konferensi Internasional, Dekatkan Sunni-Syiah

Qatar Gelar Konferensi Internasional, Dekatkan Sunni-Syiah

Jumat, 19 Jan 07 14:11 WIB

http://www.eramuslim.com

Qatar mempelopori upaya mendekatkan berbagai madzhab atau aliran dalam Islam sehingga dapat mencegah terjadinya fitnah antar aliran.

Ibukota Qatar, Dhoha, akan menjadi tuan rumah Muktamar Internasional antar berbarbagai madzhab Islam, dengan melibatkan 216 tokoh pemikir, ulama, pengamat dan menteri dari 44 negara dunia.

Muktamar itu akan digelar pada 20-22 Januari mendatang dengan tajuk, “Mengambil Peran Mendekatkan Kesatuan Ilmiyah”. Muktamar ini diselenggarakan oleh Fakultas Syariah di Universitas Qatar bekerjasama dengan Universitas Al-Azhar Mesir dan Forum Internasional Pendekatan Madzhab yang berpusat di Teheran, Iran.

Rencananya, wakil PM Qatar Abdullah bin Hamad Athiya akan membuka konferensi internasional yang akan dilaksanakan di Hotel Sheraton, Dhoha.

Dalam konferensi yang melibatkan para wakil madzhab atau aliran Islam besar, utamanya Sunni dan Syiah (Itsna Asyariyah dan Zaidiyah) dan Ibadhiyah, akan didiskusikan sarana paling penting untuk mempersempit perbedaan fiqih dan mengecilkan kemungkinan konflik antara pendukung madzhab yang saat ini ada di berbagai belahan bumi Islam.

Akan berbicara dalam konferensi itu antara lain DR. Yusuf Al-Qaradhawi mewakili Ketua Persatuan Ulama Islam Internasional, Dr. Kamaluddin Ihsan Oglo mewakili Sekjen OKI, Syaikh Ayatollah Muhammad Ali Taskheri Sekjen Forum Internasional untuk Pendekatan Madzhab Islam, Dr. Abdul Aziz Taujiri Sekjen Organisasi Pendidikan, Ilmu dan Peradaban Islam, Dr. Mahmud Hamadi Zaqzuq Menteri Wakaf Mesir dan Dr. Ahmad Badrudin Hasun Mufti Suriah.

Menurut Dr. Aisyah Manai, Dekan Fakultas Syariah Universitas Qatar yang sekaligus Ketua Panitia Konferensi ini, “Jurang perbedaan antara Sunni dan Syiah sekarang telah semakin lebar. Maka mendekatkan antara keduanya menjadi masalah yang menjadi latar belakang muktamar ini. Ini dilakukan untuk menghindari munculnya konflik antar aliran Islam.”

Ia menambahkan, bahwa konferensi ini tidak bertujuan merubah keyakinan yang dimiliki Sunni ataupun Syiah, tapi lebih fokus pada upaya membuka jaringan komunikasi dan dialog antara pemeluk berbagai aliran dalam Islam. (na-str/iol)


KONFLIK SUNNI-SYIAH DI IRAK DISEBABKAN KEHADIRAN AS

KANG JALAL : KONFLIK SUNNI-SYIAH DI IRAK DISEBABKAN KEHADIRAN AS
Wawancara dengan : Ahmad Nurcholish/Syirah

http://www.jalal-center.com

Siang itu, langit Jakarta terasa sangat menyengat. Tak hanya itu, kepulan asap kendaraan bermotor yang memadati lalu lintas Jakarta semakin melengkapi kesemrawutan kota metropolitan ini.

Namun, suasana itu hilang saat memasuki Pusat Studi Islam Paramadina di bilangan Pondok Indah Jakarta Selatan. Dr. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. sedang menyampaikan kuliah di depan mahasiswa Paramadina. Uraiannya yang tandas dengan basis pengetahuan yang luas membuat mahasiswa fokus mendengar ceramahnya.

Jalaluddin dikenal sebagai pakar komunikasi, pemuka agama dan pimpinan Jemaah Ahlul Bait. Ia lebih akrab disapa Kang Jalal. Sejumlah buku telah lahir dari tangannya. Di antaranya adalah Islam Aktual (Mizan Pustaka), Meraih Cinta Ilahi (Remaja Rosda Karya), Madrasah Ruhaniah (Mizan Pustaka), dan Memaknai Kematian (IIMAN).

Ketokohan dan pemikirannya dapat disejajarkan dengan almarhum Cak Nur dan Gus Dur. Bahkan, penulis buku Islam dan Pluralisme: Akhlaq Qur’an Menyikapi Perbedaan ini juga memantik kecaman dari kubu yang bersebrangan dengan gagasan-gagasannya.

Adian Husaini misalnya, dalam situs Hidayatullah.com, ia mengatakan: “Jalaluddin Rakhmat, memanipulasi ayat untuk mendukung gagasan Pluralisme Agama. Cara seperti ini sama saja dengan "menjual minyak babi bercap onta",” kata anggota MUI ini.

Namun, pria yang lahir di Bandung , 29 Agustus 1949 ini tetap konsisten dengan keyakinan yang dipahaminya. Termasuk soal nikah mut’ah dan poligami. Baginya kedua hal tersebut dihalalkan oleh ajaran agama yang tidak seorang pun boleh mengharamkannya.

Usai mengajar di PSI Paramadina, Kamis (3/5) lalu ia langsung menuju mess IJABI di Jl. Puri Mutiara II/39 Jakarta Selatan untuk berbincang dengan Syir’ah.

Ditemani sepiring tempe goreng, sepiring tahu goreng, sepiring kacang atom, dan sepiring rempeyek kacang, kepada kontributor Syir’ah Ahmad Nurcholish, Kang Jalal berbicara panjang lebar seputar pertemuan Sunni-Syiah Istana Bogor awal April lalu, tentang Nikah Mut’ah yang sudah disalahgunakan, juga soal poligami yang belakangan ramai diperdebatkan. 6 orang pengurus IJABI turut pula menemani perbincangan akrab dan hangat siang itu. Berikut petikannya:

Pada 3-4 April lalu diselenggarakan Konferensi Sunni-Syi’ah di Istana Bogor . Apa agenda utama yang diusung?
Yang utama berkaitan dengan kontribusi bagi pemecahan masalah konflik Sunni-Syiah di Irak. Kita sebagai negara muslim terbesar mestinya ikut andil memberikan sumbangan untuk menyelesaikan konflik Sunni-Syi’ah itu.

Untuk itu diundanglah pemimpin-pemimpin Sunni dan Syiah. Hadir pada waktu itu antara lain
Syeikh Al-Azhar Mesir. Dari
ada dari Sunni, ada pula dari Syiah. Begitu pula dari Syiria, ada utusan dari Sunni dan Syiah. Dari kayaknya dari Sunni aja ya…. Kecuali saya. (sambil terkekeh…)

Siapa awal mula yang berinisiatif menggagas pertemuan tersebut?
Menteri Luar Negeri RI.

Sejumlah ulama Irak batal hadir pada pertemuan itu. Konon karena pemerintah RI mendukung resolusi DK PBB. Betul begitu?

Tidak terlalu tepat. Saya melihatnya ada satu alasan teknis. Mungkin juga karena mereka sibuk dengan situasi di negeri mereka masing-masing. Idealnya memang mereka datang ke sini (
), baik dari Sunni maupun Syiah. Dan itu ternyata kesulitan. Jangankan mengumpulkan mereka di luar negeri, di dalam negeri saja sulit. Jadi, lebih banyak alasan teknis.

Saya sendiri merencanakan bertemu dengan mereka, wakil-wakil dari Irak.

Kapan?
Tanggal 13 Mei mendatang di Damaskus, Syuriah. Jadi, saya bersama peserta konferensi seperti Alwi Shihab, Hasyim Muzadi (Ketua Umum PB-NU, Presiden WCRP), Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin akan bertemu dengan mereka di sana.

Dalam rangka apa?
Masih terkait dengan konflik Sunni-Syiah.

Asisten Politik Sekjen OKI (Organisasi Konferensi Islam) mengatakan bahwa konflik Sunni-Syiah di Irak bukan dilatari oleh perbedaan theology, tapi karena adanya tentara AS di Irak. Pendapat Anda?
Itu pendapat ijma. Seluruh peserta konferensi sepakat akan hal itu. Karena itu kita usulkan supaya tentara AS segera hengkang dari Irak dan diganti dengan tim perdamaian dari negara-negara Islam.

Ma’ruf Amin (mantan Ketua MUI, kini menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden), sebagai alternatif mengusulkan agar ada pembagian wilayah antara Sunni-Syiah untuk meredam konflik. Pandangan Anda?
Justru itu akan semakin memperuncing masalah. Dengan pembagian semacam itu nanti akan muncul klaim ini wilayah Sunni, itu wilayah Syiah. Mereka itu sebenarnya sudah hidup berdampingan dengan damai lebih dari seribu tahun.

Jadi sebelum tentara AS ada di sana, Irak tak ada masalah?
Enggak ada masalah. Di sana itu ada sebuah jalan besar yang melintas di kota Bagdad. Jalan itu di sebelah kanannya (komunitas) Sunni, di sebelah kirinya (komunitas) Syiah. Toko mereka juga berhadap-hadapan. Mereka bertetangga dan saling mengawini di antara mereka.

Tuesday, June 12, 2007

Rasulullah Muhammad SAW dan Ahlul Baitnya

Ahlul Bait

Rasulullah Muhammad SAW dan Ahlul Baitnya

Dalam Shahih Muslim ada sebuah hadis Rasululah yang meriwayatkan bahwa Zaid bin Al Arqam berkata: Rasulullah SAW berkhutbah di hadapan kami di tempat mata air bernama Khuma antara Makah dan Madinah. Baginda memanjatkan syukur kepada Allah SWT, mengingatkan dan memberi nasehat kepada kami, kemudian bersabda: “Amma ba’du. Hai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah hamba Allah. Utusan Tuhanku (yakni Malaikat Maut) hampir tiba dan aku harus memenuhi panggilanNya. Aku tinggalkan pada kalian Ath-Thaqalain (dua bekal berat). Yang pertama adalah Kitabullah, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya terang. Maka amalkan dan berpegang teguhlah kepadanya.

Setelah berhenti sejenak baginda melanjutkan: “Dan Ahlul Baitku. Aku ingtkan kalian kepada Allah mengenai Ahlul Baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah mengenai Ahlul Baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah mengenai Ahlul Baitku.

Bagi saya, yang telah hidup hampir 25 tahun di muka bumi ini, saya tidak pernah diajar mengenai siapa ahlul bait itu dan bagaimana bersikap dengan ahlul bait. Rupanya, ahlul bait itu adalah wasiat Rasulullah yang Rasulullah sendiri telah memberikan panduan mengenai para ahlul bait itu. Abuya-lah yang pertama kali mengajar saya mengenai ahlul bait ini 2 tahun lepas.

Kemudian, saya berjumpa dengan sebuah buku yang cukup bagus bercerita mengenai ahlul bait dan perannannya dalam penyebaran Islam di Nusantara ini. Buku itu berjudul: Mengenal Ahlul Bait Rasulullah SAW tulisan HMH Al Hamid Al Husaini.

Saat ini saya baru menemukan buku yang juga cukup bagus mengenai keluarga dan keturunan Rasulullah saw. Disusun oleh sepasang suami istri (Tun) Suzana (Tun) Hj Othman dan Hj. Muzaffar Dato’ Hj Mohamad. Judulnya: Ahlul Bait (keluarga) Rasulullah SAW dan Kesultanan Melayu.

Sebuah buku yang layak disimak mengingat banyaknya ahlul bait di sekeliling kita di Nusantara ini. Atau jangan-jangan Anda juga termasuk Ahlul Bait tetapi sudah tidak menyadarinya atau tidak ambil peduli? Sehingga tidak mampu bersikap.

Siapa Ahlul Bait Itu?

Siapa Ahlul Bait Itu?

Pembahasan ini termasuk sejelas-jelasnya pembahasan. Karena tidak ada seorang pun yang pura-pura tidak mengenal Ahlul Bait kecuali para penentang yang tidak menemukan jalan keluar dari dalil-dalil yang pasti tentang wajibnya mengikuti mereka, lalu mereka pun berlindung kepada keragu-raguan tentang siapa yang dimaksud dengan Ahlul Bait itu. Inilah yang dapat saya saksikan dari berbagai diskusi yang saya lakukan dengan teman-teman. Ketika salah seorang mereka tidak menemukan jalan untuk menghindar dari keharusan mengikuti Ahlul Bait, dengan serta-merta dia melontarkan berbagai pertanyaan dengan tujuan mewujudkan meragukan,

Siapa Ahlul Bait itu?

Bukankah istri-istri Rasulullah SAWW termasuk Ahlul Baitnya?! Bukankah Rasulullah SAWW telah bersabda, "Salman dari kalangan kami Ahlul Bait"?!

Bahkan, bukankah Abu Jahal juga termasuk keluarga Rasulullah SAWW?!

Tidak ada yang mereka inginkan dari seluruh pertanyaan ini kecuali keinginan untuk mengingkari kenyataan hadis Tsaqalain, yang merupakan salah satu hadis yang mengindikasikan keimamahan Ahlul Bait. Mereka menduga bahwa dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan ini, mereka dapat membungkam akal dan seruan nuraninya. Namun, kenyataan tidak sesuai dengan perkiraan mereka, dan hujjah tetap tegak berdiri meskipun ia mengingkari atau pun tidak mengingkari.

Saya pernah mengatakan kepada sebagian mereka manakala mereka melontarkan pertanyaan-pertanyaan seperti ini, "Kenapa Anda menginginkan segala sesuatunya tersedia dengan tanpa susah-payah?! Sesungguhnya pikiran-pikiran yang sudah dikemas tidak memberikan faedah. Saya mampu memberikan jawaban, namun Anda pun mampu menolak dan mengingkari jawaban saya, karena Anda tidak merasakan pahitnya melakukan pembahasan dan tidak menanggung kesulitan untuk bisa memberikan jawaban. Apakah hanya saya yang diwajibkan untuk menjawab? Apakah Rasulullah SAWW telah memerintahkan kepada saya secara khusus untuk berpegang teguh kepada Ahlul Bait?! Tidak, kita semua diwajibkan untuk menjawab pertanyaan ini. Karena telah tegak hujjah atas kita akan wajibnya mengikuti Ahlul Bait dan mengambil agama dari mereka, sehingga kita wajib mengenal mereka dan untuk kemudian mengikuti mereka."

Pada kesempatan ini pun saya tidak akan memperluas argumentasi dan dalil, melainkan saya cukup mengemukakan beberapa petunjuk yang jelas, dan bagi siapa yang menginginkan keterangan yang lebih, maka ia sendiri yang harus memperdalamnya.

Ahlul Bait Di Dalam Ayat Tathhīr

Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya." (QS. al-Ahzab: 33)

Sesungguhnya turunnya ayat ini kepada Ali, Fatimah, Hasan dan Husain as adalah termasuk perkara yang amat jelas bagi mereka yang mengkaji kitab-kitab hadis dan tafsir. Dalam hal ini, Ibnu Hajar berkata, "Sesungguhnya mayoritas para mufassir mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Ali, Fatimah, Hasan dan Husain."[1] Ayat ini, disebabkan penunjukkannya yang jelas terhadap kemaksuman Ahlul Bait, tidak sejalan kecuali dengan mereka. Ini dikarenakan apa yang telah kita jelaskan, yaitu bahwa mereka itu adalah pusaka umat ini dan para pemimpin sepeninggal Rasulullah SAWW. Oleh karena itu, Rasulullah SAWW memerintahkan kita untuk mengikuti mereka. Arti kemaksuman juga dengan jelas dapat disaksikan dari ayat ini, bagi mereka yang mempunyai hati dan mau mendengarkan. Hal itu dikarenakan mustahil tidak terlaksananya maksud jika yang mempunyai maksud itu adalah Allah SWT; dan huruf al-hashr (pembatasan), yaitu kata “innama”, menunjukkan kepada arti ini. Yang menjadi fokus perhatian kita di dalam pembahasan ini ialah membuktikan bahwa ayat ini khusus turun kepada Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.

Hadis Al-Kisa` Menentukan Siapa Yang Dimaksud Dengan Ahlul Bait

Argumentasi terdekat dan terjelas yang berkenaan dengan penafsiran ayat ini ialah sebuah hadis yang dikenal di kalangan para ahli hadis dengan sebutan hadis al-Kisā`, yang tingkat kesahihan dan kemutawatirannya tidak kalah dari hadis Tsaqalain.

1. Al-Hakim telah meriwayatkan di dalam kitabnya al-Mustadrak 'alā
ash-Shahihain fi al-Hadis:

"Dari Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib yang berkata, 'Ketika Rasulullah SAWW memandang ke arah rahmat yang turun, Rasulullah SAWW berkata, 'Panggilkan untukku, panggilkan untukku.' Shafiyyah bertanya, 'Siapa, ya Rasulullah?!' Rasulullah menjawab, 'Ahlul Baitku, yaitu Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.' Maka mereka pun dihadirkan ke hadapan Rasulullah, lalu Rasulullah SAWW meletakkan pakaiannya ke atas mereka, kemudian Rasulullah SAWW mengangkat kedua tangannya dan berkata, 'Ya Allah, mereka inilah keluargaku (maka sampaikanlah salawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad).' Lalu Allah SWT menurunkan ayat 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya.'"[2]

Al-Hakim berkata, "Hadis ini sahih sanadnya."

2. Al-Hakim meriwayatkan hadis serupa dari Ummu Salamah yang berkata, "Di rumah saya turun ayat yang berbunyi 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya'. Lalu Rasulullah SAWW mengirim Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, dan kemudian berkata, 'Mereka inilah Ahlul Baitku.'"[3] Kemudian, al-Hakim berkata, "Hadis ini sahih menurut syarat Bukhari." Di tempat lain al-Hakim juga meriwayatkan hadis ini dari Watsilah, dan kemudian berkata, "Hadis ini sahih menurut syarat mereka berdua."

3. Muslim meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahihnya dari Aisyah yang berkata, "Rasulullah SAWW pergi ke luar rumah pagi-pagi sekali dengan mengenakan pakaian (yang tidak dijahit dan) bergambar. Lalu Hasan bin Ali datang, dan Rasulullah SAWW memasukkannya ke dalam pakaiannya; lalu Husain datang, dan Rasulullah SAWW memasukkannya ke dalam pakaiannya; lalu datang Fatimah, dan Rasulullah SAWW pun memasukkannya ke dalam pakaiannya; berikutnya Ali juga datang, dan Rasulullah SAWW memasukkannya ke dalam pakaiannya; kemudian Rasulullah SAWW berkata, "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya."[4]

Berita ini dapat ditemukan di dalam banyak riwayat yang terdapat di dalam kitab-kitab sahih, kitab-kitab hadis dan kitab-kitab tafsir.[5] Hadis al-Kisā` termasuk hadis yang sahih dan mutawatir, yang tidak ada seorang pun yang mendhaifkannya, baik dari kalangan terdahulu maupun kalangan terkemudian. Sungguh akan banyak memakan waktu jika kita menyebutkan seluruh riwayat ini. Saya menghitung ada dua puluh tujuh riwayat yang kesemuanya sahih.

Di antara riwayat yang paling jelas di dalam bab ini —di dalam menentukan siapa Ahlul Bait— ialah riwayat yang dinukil oleh as-Suyuthi di dalam kitab tafsirnya ad-Durr al-Mantsur, yang berasal dari Ibnu Mardawaih, dari Ummu Salamah yang berkata, "Di rumahku turun ayat 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya.' Saat itu di rumahku ada tujuh orang yaitu Jibril, Mikail, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, sementara aku berada di pintu rumah. Kemudian saya berkata, 'Ya Rasulullah, tidakkah aku termasuk Ahlul Bait?!' Rasulullah SAWW menjawab, 'Sesungguhnya engkau berada pada kebajikan, dan sesungguhnya engkau termasuk istri Rasulullah SAWW.'"[6]

Pada riwayat al-Hakim di dalam kitab Mustadraknya disebutkan, Ummu Salamah bertanya, "Ya Rasulullah, saya tidak termasuk Ahlul Bait?" Rasulullah SAWW menjawab, "Sesungguhnya engkau berada dalam kebajikan, mereka itulah Ahlul Baitku. Ya Allah, mereka inilah Ahlul Baitku yang lebih berhak."[7]

Pada riwayat Ahmad disebutkan, "Saya mengangkat pakaian penutup untuk masuk bersama mereka namun Rasulullah SAWW menarik tangan saya sambil berkata, 'Sesungguhnya engkau berada dalam kebajikan.'"[8] Ini cukup membuktikan bahwa yang dimaksud Ahlul Bait ialah mereka Ashabul Kisa, sehingga dengan demikian mereka itu adalah padanan al-Qur'an, yang kita telah diperintahkan oleh Rasulullah SAWW — di dalam hadis Tsaqalain — untuk berpegang teguh kepada mereka.

Orang yang mengatakan bahwa ‘Itrah itu artinya keluarga, sehingga mengubah makna, perkataannya itu tidak dapat diterima. Karena tidak ada seorang pun dari para pakar bahasa yang mengatakan demikian. Ibnu Manzhur menukil di dalam kitabnya Lisan al-'Arab, "Sesungguhnya ‘Itrah Rasulullah SAWW adalah keturunan Fatimah ra. Ini adalah perkataan Ibnu Sayyidah. Al-Azhari berkata, 'Di dalam hadis Zaid bin Tsabit yang berkata, 'Rasulullah SAWW bersabda, '... lalu dia menyebut hadis Tsaqalain' . Maka di sini Rasulullah menjadikan ‘Itrahnya sebagai Ahlul Bait.' Abu ‘Ubaid dan yang lainnya berkata, "‘Itrah seorang laki-laki adalah kerabatnya.' Ibnu Atsir berkata, "Itrah seorang laki-laki lebih khusus dari kaum kerabatnya.' Ibnu A'rabi berkata, "Itrah seorang laki-laki ialah anak dan keturunannya yang berasal dari tulang sulbinya.' Ibnu A'rabi melanjutkan perkataannya, 'Maka ‘Itrah Rasulullah SAWW adalah keturunan Fatimah."[9] Dari makna-makna ini menjadi jelas bahwa yang dimaksud Ahlul Bait bukan mutlak kaum kerabat, melainkan kaum kerabat yang paling khusus. Oleh karena itu, di dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa tatkala Zaid bin Arqam ditanya, siapa yang dimaksud dengan Ahlul Bait Rasulullah? Apakah istri-istrinya?

Zaid bin Arqam menjawab, "Tidak, demi Allah. Sesungguhnya seorang wanita tidak selamanya bersama suaminya, karena jika dia ditalak maka dia akan kembali kepada ayah dan kaumnya. Adapun yang dimaksud Ahlul Bait Rasulullah SAWW ialah keluarga nasabnya, yang diharamkan sedekah atas mereka sepeninggalnya (Rasulullah SAWW)."

Menjadi anggota Ahlul Bait tidak pernah diklaim oleh seorang pun dari kaum kerabat Rasulullah SAWW, dan begitu juga oleh istri-istrinya. Karena jika tidak, maka tentunya sejarah akan menceritakan hal itu kepada kita. Tidak ada di dalam sejarah dan juga di dalam hadis yang menyebutkan bahwa istri Rasulullah SAWW berhujjah dengan ayat ini. Sebaliknya dengan Ahlul Bait. Inilah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, "Sesungguhnya Allah Azza Wajalla mengutamakan kami, Ahlul Bait. Bagaimana tidak demikian, padahal Allah SWT telah berfirman di dalam Kitab-Nya, 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya.' Allah SWT telah mensucikan kami dari berbagai kotoran, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Maka kami berada di atas jalan kebenaran."

Putranya, al-Hasan as berkata, "Wahai manusia, barangsiapa yang mengenalku, maka sungguh dia telah mengenalku, dan barangsiapa yang tidak mengenalku, maka inilah aku, Hasan putra Ali. Akulah anak seorang laki-laki pemberi kabar gembira dan peringatan, penyeru kepada Allah dengan izin-Nya, dan pelita yang bercahaya. Saya termasuk Ahlul Bait yang mana Jibril turun naik kepada mereka. Saya termasuk Ahlul Bait yang telah Allah hilangkan dosa dari mereka dan telah Allah sucikan mereka sesuci-sucinya." Pada kesempatan yang lain al-Hasan berkata, "Wahai manusia, dengarkanlah. Kamu mempunyai hati dan telinga, maka perhatikanlah. Sesungguhnya kami ini adalah Ahlul Bait yang telah Allah muliakan dengan Islam, dan Allah telah memilih kami, maka Dia pun menghilangkan dosa dari kami dan mensucikan kami sesuci-sucinya."

Adapun argumentasi Ibnu Katsir tentang keharusan memasukkan istri-istri Rasulullah SAWW tidaklah dapat diterima, karena kehujjahan zhuhur bersandar kepada kesatuan ucapan. Sebagaimana di ketahui bahwa ucapan telah berubah dari bentuk ta'nits (seruan kepada wanita dengan menggunakan kata ganti yang bermuatan wanita – Penerj.) pada ayat-ayat sebelumnya kepada bentuk tadzkir (seruan kepada wanita dengan menggunakan kata ganti yang bermuatan lelaki – Penerj.) pada ayat ini. Jika yang di maksud dari ayat ini adalah istri-istri Rasulullah SAWW maka tentunya ucapan ayat berbunyi "Innama Yuridullah Liyudzhiba 'Ankunnar Rijsa Ahlal Bait wa Yuthahhirakunna Tathhira ", karena ayat-ayat tersebut khusus untuk istri-istri Rasulullah SAWW. Oleh karena itu, Allah SWT memulai firmannya setelah ayat ini, "Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah...." (QS. al-Ahzab: 34)

Tidak ada seorang pun yang mengatakan bahwa ayat Tathhir turun kepada istri-istri Rasulullah SAWW selain dari Ikrimah dan Muqatil. Ikrimah mengatakan, "Barangsiapa yang menginginkan keluarganya maka sesungguhnya ayat ini turun kepada istri-istri Nabi SAWW."[10] Perkataan Ikrimah ini tidak dapat diterima, disebabkan bertentangan dengan riwayat-riwayat sahih yang dengan jelas mengatakan bahwa Ahlul Bait itu ialah para ashabul kisa, sebagaimana yang telah dijelaskan.

Kedua, apa yang telah memicu emosi Ikrimah sehingga dia berteriak-teriak di pasar menantang mubāhalah?

Apakah karena kecintaan kepada istri-istri Nabi SAWW atau karena kebencian kepada para Ashabul Kisa`?! Dan kenapa dia mengajak ber-mubahalah jika ayat itu tidak diragukan turun kepada istri-istri Nabi SAWW?! Atau apakah karena pendapat umum yang berkembang mengatakan bahwa ayat itu turun kepada Ali, Fatimah, Hasan dan Husain?! Dan memang demikian. Ini dapat dilihat dari perkataannya, "Yang benar bukanlah sebagaimana pendapat Anda semua, melainkan ayat ini turun hanya kepada istri-istri Nabi SAWW."[11] Ini artinya bahwa di kalangan para tabi'in ayat ini jelas turun kepada Ali, Fatimah, Hasan dan Husain as.

Kita juga tidak mungkin bisa menerima Ikrimah sebagai saksi dan penengah dalam masalah ini, disebabkan dia sudah sangat dikenal amat memusuhi Ali. Dia termasuk kelompok Khawarij yang memerangi Ali, maka tentunya dia akan mengatakan bahwa ayat ini turun kepada istri-istri Nabi SAWW. Karena jika dia mengakui bahwa ayat ini turun kepada Ali maka berarti dia telah menghancurkan mazhabnya sendiri dan telah merobohkan pilar-pilar keyakinan yang mendorong dirinya dan para sahabatnya untuk keluar memerangi Ali as. Di samping sudah sangat terkenalnya kebohongan Ikrimah atas Ibnu Abbas, sehingga Ibnu al-Musayyab sampai mengatakan kepada budaknya, "Jangan kamu berbohong atasku sebagaimana Ikrimah telah berbohong atas Ibnu Abbas." Di dalam kitab Mīzān al-I'tidāl disebutkan bahwa Ibnu Ummar pun mengatakan yang sama kepada budaknya yang bernama Nāfi'.

Ali bin Abdullah bin Abbas telah berusaha mencegah Ikrimah dari perbuatan berdusta kepada ayahnya. Salah satu cara yang dilakukannya ialah dengan cara menggantung Ikrimah ke atas dinding supaya dia tidak berdusta lagi atas ayahnya. Abdullah bin Abi Harits berkata, "Saya menemui Ibnu Abdullah bin Abbas, dan saya mendapati Ikrimah tengah diikat di atas pintu dinding. Kemudian saya berkata kepadanya, 'Beginikah kamu memperlakukan budakmu?' Ibnu Abdullah bin Abbas menjawab, 'Dia telah berdusta atas ayahku.'"[12]

Adapun Muqatil, dia tidak kalah dari Ikrimah di dalam permusuhannya terhadap Amirul Mukminin dan reputasi kebohongannya, sehingga an-Nasa'i memasukkannya ke dalam kelompok pembohong terkenal pembuat hadis.[13]

Al-Juzajani di dalam kitab Mīzān adz-Dzahab berkata di dalam biografi Muqatil, "Muqatil adalah seorang pembohong yang berani."[14]

Muqatil pernah berkata kepada Mahdi al-'Abbasi, "Jika Anda mau, saya bisa membuat hadis-hadis tentang keutamaan Abbas." Namun Mahdi al-'Abbasi menjawab, "Saya tidak perlu itu."[15]

Kita tidak mungkin mengambil perkataan dari orang-orang seperti mereka. Karena perbuatan yang demikian adalah tidak lain bersumber dari kesombongan dan kebodohan. Karena hadis-hadis sahih yang mutawatir bertentangan dengannya, sebagaimana yang telah dijelaskan. Dan ini selain dari riwayat-riwayat yang mengatakan bahwa setelah turunnya ayat ini Rasulullah SAWW mendatangi pintu Ali bin Abi Thalib setiap waktu shalat selama sembilan bulan berturut-turut dengan mengatakan, "Salam, rahmat Allah dan keberkahan atasmu, wahai Ahlul Bait. 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hal Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya."' Itu dilakukan oleh Rasulullah SAWW sebanyak lima kali dalam sehari.[16]

Di dalam Sahih Turmudzi, Musnad Ahmad, Musnad ath-Thayalisi, Mustadrak al-Hakim 'ala ash-Shahihain, Usud al-Ghabah, tafsir ath-Thabari, Ibnu Katsir dan as-Suyuthi disebutkan bahwa Rasulullah SAWW mendatangi pintu rumah Fatimah selama enam bulan setiap kali keluar hendak melaksanakan shalat Shubuh dengan berseru, "Shalat, wahai Ahlul Bait. 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya.'"[17] Dan riwayat-riwayat lainnya yang serupa yang berkenaan dengan bab ini.

Dengan keterangan-keterangan ini menjadi jelas bagi kita bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait ialah Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.

Dan tidak ada tempat bagi siapa pun untuk mengingkarinya. Karena orang yang meragukan hal ini adalah tidak ubahnya seperti orang yang meragukan matahari di siang hari yang cerah.

Ahlul Bait as dalam Ayat Mubāhalah

Sesungguhnya pertarungan antara front kebenaraan dengan front kebatilan di medan peperangan adalah perkara yang sulit, namun jauh lebih sulit lagi jika dilakukan di medan mihrab. Yaitu manakala masing-masing orang membuka dirinya di hadapan Dzat Yang Maha Mengetahui hal-hal yang gaib, dan menjadikan-Nya sebagai hakim di antara mereka. Pada keadaan ini tidak akan menang orang yang di dalam hatinya terdapat keraguan.

Mungkin saja seseorang merupakan petempur yang gagah di medan peperangan, dan oleh karena itu kita mendapati Rasulullah SAWW menyeru kepada setiap orang yang mampu memanggul senjata, meski pun dia seorang munafik, untuk berjihad menghadapi orang-orang kafir. Namun, ketika bentuk pertarungan telah berubah dari bentuk peperangan ke dalam bentuk mubahalah dengan orang-orang Nasrani, Rasulullah SAWW tidak memanggil seorang pun dari para sahabatnya untuk ikut terjun ke dalam bentuk pertarungan yang baru ini. Karena pada pertarungan yang semacam ini tidak akan ada yang bisa maju kecuali orang yang mempunyai hati yang lurus dan telah disucikan dari segala macam dosa dan kotoran. Mereka itulah manusia-manusia pilihan. Orang-orang yang semacam itu tidak banyak jumlahnya di tengah-tengah manusia. Jumlah mereka sedikit, namun mereka adalah sebaik-baiknya penduduk bumi.

Siapakah orang-orang yang terpilih itu?

Ketika Rasulullah SAWW berdebat dengan cara yang paling baik dengan para pendeta Nasrani, Rasulullah SAWW tidak mendapati dari mereka kecuali kekufuran, pengingkaran dan pembangkangan, dan tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh selain dari bermubahalah. Yaitu dengan cara masing-masing dari mereka memanggil orang-orang mereka, dan kemudian menjadikan laknat Allah menimpa orang-orang yang dusta. Pada saat itulah datang perintah dari Allah SWT,

"Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah kepadanya, 'Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri-diri kami dan diri-diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.'" (QS. Ali 'lmran: 61)

Ketika para pendeta menerima tantangan Rasulullah SAWW ini, sehingga akan menjadi peperangan penentu di antara mereka, maka para pendeta mengumpulkan orang-orang khusus mereka untuk bersiap-siap menghadapi hari yang telah ditentukan. Ketika telah tiba hari yang ditentukan maka berkumpullah sekelompok besar dari kalangan kaum Nasrani. Mereka maju dengan keyakinan bahwa Rasulullah SAWW akan keluar menghadapi mereka dengan sekumpulan besar para sahabatnya, sementara istri-istrinya di belakang dia. Namun, Rasulullah SAWW maju dengan langkah pasti bersama bintang kecil dari Ahlul Bait, yaitu Hasan di sebelah kanannya dan Husain di sebelah kirinya, sementara Ali dan Fatimah di belakangnya. Ketika orang-orang Nasrani melihat wajah-wajah yang bercahaya ini, mereka gemetar ketakutan. Maka mereka semua pun menoleh ke arah Uskup, pemimpin mereka seraya bertanya,

"Wahai Abu Harits, bagaimana pendapat Anda tentang hal ini?"

Uskup itu menjawab, "Saya melihat wajah-wajah yang jika salah seorang dari mereka memohon kepada Allah supaya gunung dihilangkan dari tempatnya, maka Allah akan menghilangkan gunung itu."

Bertambahlah ketercengangan mereka. Ketika Uskup merasakan yang demikian itu dari mereka, maka dia pun berkata, "Tidakkah engkau melihat Muhammad sedang mengangkat kedua tangannya sambil menunggu terkabulnya doanya. Demi al-Masih, jika dia menggerakkan mulutnya dengan satu kata saja, maka kita tidak akan bisa kembali kepada keluarga dan harta kita."[18]

Akhirnya mereka memutuskan untuk segera pulang dan meninggalkan arena mubāhalah. Mereka rela walau pun harus menanggung kehinaan dan memberikan jizyah (denda).

Dengan lima orang itu Rasulullah SAWW mampu mengalahkan orang-orang Nasrani dan menjadikan mereka kecil. Rasulullah SAWW bersabda, "Demi Dzat yang diriku berada di dalam genggamannya, sesungguhnya azab tengah bergantung di atas kepala para penduduk Najran. Kalaulah tidak ada ampunan-Nya, niscaya mereka telah diubah menjadi kera dan babi, dan dinyalakan atas mereka lembah menjadi lautan api, serta Allah binasakan perkampungan Najran dan seluruh para penghuninya, bahkan burung-burung yang berada di pepohonan sekali pun."

Namun, kenapa Rasulullah SAWW menghadirkan mereka yang lima saja, dan tidak menghadirkan para sahabat dan istri-istrinya?

Pertanyaan itu dapat dijawab dengan satu kalimat, yaitu bahwa Ahlul Bait adalah seutama-utamanya makhluk setelah Rasulullah, dan manusia-manusia yang paling suci. Sifat-sifat yang telah Allah SWT tetapkan bagi Ahlul Bait di dalam ayat Tathhīr ini tidak diberikan kepada selain mereka. Oleh karena itu, di dalam menerapkan ayat ini kita mendapati bagaimana Rasulullah menarik perhatian umat kepada kedudukan Ahlul Bait. Rasulullah menafsirkan firman Allah yang berbunyi "abnā'anā" (anak-anak kami) dengan Hasan dan Husain, "nisā'anā" (istri-istri kami) dengan Sayyidah Fatimah az-Zahra as, dan "anfusanā" (diri-diri kami) dengan Ali as. Itu dikarenakan imam Ali tidak masuk ke dalam kategori istri-istri dan tidak termasuk ke dalam kategori anak-anak, melainkan hanya masuk ke dalam kata "diri-diri kami". Karena ungkapan "anfusanā" (diri-diri kami) akan menjadi buruk jika seruan itu hanya ditujukan kepada diri Rasulullah SAWW saja.

Bagaimana mungkin Rasulullah SAWW memanggil dirinya?! Ini diperkuat dengan hadis Rasulullah SAWW yang berbunyi, "Aku dan Ali berasal dari pohon yang sama, sedangkan seluruh manusia yang lain berasal dari pohon yang bermacam-macam."

Jika Imam Ali adalah diri Rasulullah SAWW sendiri, maka Imam Ali memiliki apa yang dimiliki oleh Rasulullah SAWW, berupa kepemimpinan atas kaum Muslimin, kecuali satu kedudukan yaitu kedudukan kenabian. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Rasulullah SAWW di dalam Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, "Wahai Ali, kedudukan engkau di sisiku tidak ubahnya sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi sepeninggalku."[19]

Sesungguhnya argumentasi kita dengan ayat ini bukan untuk menjelaskan peristiwa mubāhalah, melainkan semata-mata dalam rangka menjelaskan siapakah Ahlul Bait itu. Dan alhamdulillah, tidak ada perbedaan pendapat bahwa ayat ini turun kepada Ashabul Kisā`. Terdapat banyak riwayat dan hadis di dalam masalah ini. Muslim dan Turmudzi telah meriwayatkan di dalam bab keutamaan-keutamaan Ali:

Dari Sa'ad bin Abi Waqash yang berkata, "Ketika ayat ini turun, 'Katakanlah, 'Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu...' Rasulullah SAWW memanggil Ali, Fatimah, Hasan dan Husain. Lalu Rasulullah SAWW berkata, 'Ya Allah, mereka inilah Ahlul Baitku."'[20]


[1] Ash-Shawā'iq, hal 143.

[2] Mustadrak al-Hākim, jld 3, hal 197 - 198.

[3] Mustadrak al-Hākim, jld 3, hal 197 - 198.

[4] Sahih Muslim, bab keutamaan-keutmaan Ahlul Bait.

[5] Baihaqi, di dalam Sunan al-Kubra, bab keterangan Ahlul Baitnya (Rasulullah saw); Tafsir ath-Thabari, jld 22, hal 5; Tafsir Ibnu Katsir, jld 3, hal 485; afsir ad-Durr al-Mantsūr, jld 5, hal 198 - 199; Sahih Turmudzi, bab keutamaan-keutamaan Fatimah; Musnad Ahmad, jld 6, hal 292 - 323.

[6] Tafsir ad-Durr al-Mantsūr, jld 5, hal 198.

[7] Mustadrak al-Hakim, jld 2, hal 416.

[8] Musnad Ahmad, jld 3, hal 292 - 323.

[9] Lisān al-Arab, jld 9, hal 34.

[10] Tafsir ad-Durr al-Mantsūr, jld 5, hal 198.

[11] Tafsir ad-Durr al-Mantsūr, jld 5, hal 198.

[12] Wafayāt al-A'yān, jld 1, hal 320.

[13] Dalā'il ash-Shidq, jld 2, hal 95.

[14] Al-Kalimah al-Gharrā`, Syarafuddin, hal 217.

[15] Al-Ghadīr, jld 5, hal 266.

[16] Penafsiran ayat dari Ibnu Abbas, di dalam kitab tafsir ad-Durr al-Mantsūr, jld
5, hal 199.

[17] Mustadrak 'ala ash-Shahīhain, jld 3, hal 158.

[18] Tafsir ad-Durr al-Mantsūr, jld 2, pembahasan tafsir surat Ali 'lmran ayat 61.

[19] Sahih Bukhari, kitab Manaqib; Sahih Muslim, kitab keutamaan-keutamaan sahabat; dan Musnad Ahmad, riwayat nomer 1463.

[20] Sahih Muslim, jld 2, hal 360; Isa al-Halabi, jld 15, hal 176; Sahih Turmudzi, jld 4, hal 293, hadir nomer 3085; al-Mustadrak 'ala ash-Shahīhain, jld 3, hal 150.

Mufti Al-Azhar: Sunni Boleh Solat Berjamaah dengah Syi'ah

Senin, 15 Januari 2007

Mufti al-Azhar Sheikh Muhammad Tantawi menyerukan persatuan Islam Sunnah dan Syiah. Mufti Mesir ini menyatakan, "Saya akan berjuang untuk mempersatukan Sunnah dan Syiah dan saya memberikan fatwa bahwa Sunnah dan Syiah adalah dua umat Islam yang bersaudara dan tak ada perbedaan antara keduanya sehingga satu sama lain bisa menjalin pernikahan."

Beliau menjelaskan, "Sunnah dan Syiah tidak berbeda dalam prinsip akidah, perbedaan antara keduanya hanya berkisar pada masalah furu' sebagaimana perbedaan antara mazhab Hanafi dan Hanbali." Beliau mengecam jama'ah takfiriah, yaitu kelompok kecil Muslim yang ekstrim dan gemar mengkafirkan orang-orang Islam yang tak sepaham dengan mereka.

Menurut Sheikh Tantawi, sedemikian satunya akidah Sunnah dan Syiah sehingga seorang Sunni boleh solat berjamaah dengan Syiah. Karena itu, tak ada mesjid Sunni dan mesjid Syiah, semua mesjid adalah tempat peribadatan seluruh umat Islam. Beliau kemudian menegaskan pentingnya taqrib bainal mazdahib (pendekatan antarmazhab) yang telah dirintis oleh mufti al-Azhar pendahulunya, al-Marhum Shaikh Mahmoud Shaltut.

Sumber: IRIB bahasa Indonesia.

Ghadir Khoum Adalah Untuk Segenap Umat Islam

Ghadir Khoum Adalah Untuk Segenap Umat Islam

Masyhad 18 Dzulhijjah 1420 H/25 Maret 2000 M

Berkenaan dengan hari raya Ghadir Khum yang didalam riwayat-riwayat kita disebut dengan ied akbar, saya ucapkan selamat kepada segenap umat Syiah dunia, kepada bangsa Iran yang mulia, kepada hadirin sekalian yang terhormat, dan kepada segenap orang mengakui tingginya kedudukan makrifat-makrifat Ilahi yang murni.

Pada hari-hari pertama tahun ini, terdapat beberapa hari bahagia untuk masyarakat secara umum yaitu hari raya Norouz yang sebelumnya adalah Idul Adha, dan sekarang ialah hari raya Ghadir Khoum. Dalam suasana penuh vitalitas, suka cita dan di sisi makam suci Hazrat Abul Hasan Imam Ali bin Musa Arridha A.S ini masalah pertama yang ingin saya kemukakan di depan para hadirin saudara dan saudari sekalian ialah menyangkut masalah AlGhadir sendiri.

Al-Ghadir adalah masalah keislaman dan bukan masalah kesyiahan saja. Dalam sejarah Islam disebutkan bahwa suatu hari Rasulullah mengutarakan suatu pernyataan dan beliau aktualisasikan. Pernyataan dan aktualisasi ini memiliki pelajaran dan makna dari berbagai aspeknya. Kita tidak bisa mengatakan bahwa AlGhadir dan hadits AlGhadir hanya digunakan oleh kaum Syiah sedangkan umat Islam lainnya tidak memanfaatkan kandungan ucapan mulia Rasul yang kaya muatan dan tidak dikhususkan untuk masa tertentu ini. Hanya saja, karena dalam kasus Ghadir Khoum ini terdapat pengangkatan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib A.S, maka umat Syiah lebih menaruh perhatian kepada hari dan hadits ini. Tetapi, kandungan hadits AlGhadir tidak hanya menyangkut masalah pengangkatan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, melainkan juga mengandung muatan-muatan lain yang bisa diaplikasikan oleh umat Islam lainnya.

Mengenai prinsip terjadinya peristiwa AlGhadir, sudah sepatutnya semua orang yang berminat kepada masalah-masalah sejarah Islam mengetahui bahwa masalah Ghadir Khoum adalah satu masalah yang diakui dan tidak diragukan kebenarannya. Bukan hanya orang Syiah yang meriwayatkannya. Para ahli hadits Sunni maupun Syiah, baik pada periode terdahulu maupun periode pertengahan dan setelahnya, telah meriwayatkan peristiwa yang terjadi dalam perjalanan Haji Wada’ Rasul di Ghadir Khoum. Rombongan besar umat Islam yang turut menunaikan haji bersama Rasul dalam perjalanan ini sebagian ada yang di depan. Rasul mengirim para kurir kepada mereka yang ada di depan supaya kembali ke belakang dan berhenti agar mereka yang berada di barisan belakang tiba di tempat.

Rapat akbar pun terjadi. Sebagian orang mengatakan jumlahnya 90 ribu, sebagian lagi mengatakan 100 ribu, ada pula yang mengatakan 120 ribu. Di saat cuaca panas, masyarakat Jazirah Arab yang sebagian besar adalah penghuni gurun sahara dan desa-desa yang terbiasa dengan cuaca panas bahkan ada yang tidak tahan dengan panas cuaca saat itu. Mereka berdiri di atas tanah yang panas menyala. Mereka meletakkan pakaian aba’ah di bawah kaki supaya tahan panas. Hal ini juga disebutkan dalam riwayat-riwayat Ahlussunah.

Dalam situasi seperti ini, Rasululllah SAWW menampilkan Amirul Mukminin di depan mata orang-orang kemudian berkata:

"Barang siapa menjadikan aku sebagai pemimpinya, maka Ali-lah pemimpinnya. Ya Allah tolonglah orang yang menolongnya, dan musuhilah orang yang memusuhinya."

Kata-kata ini tentunya juga beliau utarakan sebelum dan sesudahnya. Tetapi masalahnya yang terpenting ialah bahwa di sini beliau mengutarakan secara resmi dan tegas masalah wilayat (kepemimpinan), yakni masalah pemerintahan Islam serta menunjuk Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib sebagai figur pilihan. Seperti yang tentu pernah Anda dengar dan pernah pula saya utarakan, saudara-saudara kita dari kalangan Ahlussunah juga meriwayatkannya dalam puluhan kitab-kitab muktabar mereka, dan bukan dalam satu atau dua kitab saja. Riwayat-riwayat ini sudah dihimpun oleh Almarhum AlAllamah AlAmini. Selain beliau, juga banyak para penulis yang mencatatnya dalam jumlah kitab yang besar. Atas dasar ini, pertama-tama hari ini adalah hari wilayat (kepemimpin), dan kedua adalah hari kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.

Dalam kalimat yang diucapkan Rasul ini, apakah makna wilayat? Secara ringkas, maknanya ialah bahwa Islam tidak terbatas hanya pada solat, puasa, zakat, dan amal-amal ibadah individual. Islam juga memiliki sistem politik dan pemerintahan yang berlandaskan ketentuan-ketentuan yang sudah dipertimbangkan. Dalam terminologi Islam, pemerintahan Islam ialah wilayat. Dalam bentuk bagaimanakah wilayat itu? Wilayat ialah suatu pemerintahan di mana sosok yang berkuasa memiliki ikatan-ikatan cinta, batin, pemikiran dan akidah dengan segenap lapisan masyarakat. Makna wilayat bukanlah pemerintahan yang dipaksakan, pemerintahan yang disertai kudeta, pemerintahan yang penguasanya tidak menerima akidah rakyatnya, tidak mementingkan pikiran-pikiran dan sensibilitas rakyatnya, dan bahkan pemerintahan yang sudah umum ditengah masyarakat –sebagaimana pemerintahan-pemerintahan yang ada di dunia sekarang ini- dimana penguasanya menikmati berbagai fasilitas khusus dan perlakuan istimewa serta terdapat zona khusus untuknya guna mendapatkan kenikmatan-kenikmatan duniawi.

Wilayat adalah pemerintahan yang didalamnya terdapat ikatan-ikatan pemikiran, akidah, kasih sayang, kemanusiaan, dan cinta antara penguasa dan rakyat. Pemerintahan dimana rakyat bersambung dan bergabung dengan penguasa, menaruh simpati kepadanya, dan penguasanya pun menganggap sumber seluruh sistem politik beserta tugas-tugasnya ini adalah dari Allah, serta memandang dirinya sebagai hamba dan abdi Allah. Dalam wilayat tidak ada aroganisme. Pemerintahan yang diperkenalkan oleh Islam lebih merakyat daripada demokrasi-demokrasi yang popular di dunia. Pemerintahan ini memiliki ikatan dengan pikiran, perasaan, akidah dan berbagai kebutuhan pemikiran rakyat. Pemerintahan adalah untuk melayani masyarakat.

Secara materi, pemerintahan tidak boleh dipandang sebagai santapan untuk diri penguasa dan komponen pemerintahan. Bermegah-megahan bukanlah wilayat. Bukanlah sosok pemimpin orang yang berada di pucuk pemerintahan Islam kemudian mengincar materi demi kekuasaan, demi dirinya, demi kedudukan yang sudah dan akan dicapainya. Dalam pemerintahan Islam sosok wali amr yaitu orang yang diserahi urusan mengelola sistem politik secara hukum sederajat dengan orang lain. Dia memang berhak untuk melaksanakan berbagai pekerjaan besar untuk rakyat, negara, Islam dan umat Islam, namun dia sendiri juga berada di bawah hukum.

Sejak hari pertama hingga sekarang, khususnya setelah berdirinya pemerintahan Republik Islam, terdapat orang-orang yang menyelewengkan makna wilayat. Wilayat diperkenalkan sebagai sesuatu yang bukan apa adanya. Mereka katakan makna wilayat ialah bahwa rakyat itu terlarang dan memerlukan ketua dan pemimpin. Orang-orang yang punya nama secara tegas menulis sedemikian ini di dalam buku-buku dan artikel-artikel mereka. Ini adalah dusta belaka dan merupakan fitnah kepada Islam dan wilayat.

Dalam AlGhadir, masalah wilayat diutarakan Rasul sebagai satu masalah resmi, dan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ditunjuk sebagai substansinya. Tentu saja terdapat banyak rincian dalam masalah ini, dan Andapun mengetahuinya. Dan kalau masih ada orang yang tidak mengetahui rincian itu, khususnya para pemuda, maka hendaknya merujuk kepada berbagai tulisan dan kitab argumentatif dan ilmiah. Dalam hal ini berbagai kitab sudah ditulis dan bermanfaat.

Dalam permulaan tahun ini saya sudah mengemukakan seruan persatuan nasional dan keamanan nasional. Mengenai dua seruan ini, saya berminat untuk menjelaskan dua materi ringkas kepada hadirin yang mulia serta kepada segenap masyarakat Iran. Masalah Ghadir Khoum bisa dijadikan sebagai sumber persatuan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Almarhum Ayatullah Syahid Mutahari dalam artikelnya yang berjudul ‘Ghadir Khoum dan Persatuan Islam’. Beliau menyebut kitab AlGhadir yang membicarakan berbagai persoalan menyangkut peristiwa Ghadir Khoum sebagai salah satu poros persatuan Islam. Dan ini memang benar.

Kelihatannya mungkin aneh, tetapi inimerupakan kenyataan. Masalah AlGhadir, selain aspek dimana Syiah menerimanya sebagai keyakinam, yaitu penobatan Amirul Mukminin oleh Rasul sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits AlGhadir, juga mengemukakan masalah wilayat yang merupakan masalah lintas Sunnah dan Syiah. Jika sekarang ini umat Islam dunia dan bangsa-bangsa di negara-negara Islam meneriakkan seruan wilayat Islami, niscaya sebagian besar jalan keluar tidak akan hilang, berbagai kebuntuan umat Islam akan terbuka dan berbagai dilematika dunia Islam akan segera teratasi.

Masalah pemerintahan, sistem, dam otoritas politik adalah salah satu masalah yang tersulit untuk berbagai negara. Sebagian negara terbentur kepada despotisme dan diktatorial, kepada pemerintahan yang korup, kepada pemerintahan yang rentan, dan kepada pemerintahan boneka. Jika pemerintahan Islam sesuai maknanya yang hakiki, yakni wilayat, ditampilkan sebagai satu syiar untuk umat Islam, maka kelemahan akan terobati, begitu pula masalah ekonomi, masalah status sebagai negara boneka, dan masalah diktatorial. Atas dasar ini, bendera wilayat adalah satu bendera Islami.

Kepada segenap saudara-saudara dari kalangan Syiah dan Sunni di negara kita ini –untuk sementara ini sengaja saya kemukakan batasan geografis-, saya menghimbau supaya masalah AlGhadir ditinjau dengan kacamata ini, serta menaruh perhatian kepada bagian dari hadits dan masalah AlGhadir ini. Saudara-saudara kita dari kalangan Ahlussunah hendaknya juga merayakan hari raya AlGhadir, hari raya wilayat, sebagaimana kami. Hari ini adalah merupakan asal kelahiran masalah wilayat, karena itu hari ini sangatlah penting, sebagaimana pentingnya wilayat Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib yang disepakati bersama oleh kita dan saudara-saudara kita dari kalangan Sunni.

Baik pada masa pasca kemenangan revolusi maupun pada masa pra revolusi, saya selalu meyakini bahwa Syiah dan Sunnah sudah seharusnya menyingkirkan pertikaian lamanya dalam pergaulan mereka sehari-hari. Konfrontasi dan perdebatan harus disingkirkan lalu merekatkan berbagai persamaan mereka. Ini sendiri juga merupakan salah satu dari berbagai kesamaan itu. Sampai sekarang saya masih meyakini hal ini.

Dewasa ini, banyak sekali upaya untuk menciptakan ikhtilaf antara Syiah dan Sunnah. Namun orang-orang yang berpikir dan pandai menganalisis tentunya mengetahui keuntungan dan manfaat yang bisa diperoleh kaum mustakbirin dari upaya ini. Tujuan mereka ialah menceraikan Iran dari himpunan negara-negara Islam. Revolusi Islam hanya terbatas pada teritorial Iran. Mereka menciptakan kondisi supaya Iran mendapat tekanan dari negara-negara Islam lainnya, serta mencegah bangsa-bangsa lain mengambil pelajaran dari bangsa Iran. Kita harus benar-benar melawannya. Siapapun, baik dari lingkungan Sunnah maupun Syiah, yang membantu terjalinnya solidaritas dan komunikasi yang baik dan bersahabat antara Syiah dan Sunnah, maka ia telah melakukan pekerjaan yang menguntungkan revolusi, Islam dan cita-cita umat Islam. Dan siapapun yang berusaha menciptakan perpecahan, maka ia telah bergerak kepada arah yang berlawanan.

Saya mendapat informasi jelas bahwa sekarang sebagian negara Islam yang tidak ingin saya sebutkan namanya menaruh dan menggunakan uang dari kotak-kotak dana yang berkaitan dengan tujuan dan kehendak pihak-pihak asing, khususnya untuk menulis buku-buku yang mendiskreditkan Syiah, akidah Syiah, dan sejarah Syiah yang kemudian dipublikasikan ke Dunia Islam. Apakah mereka itu memang bersimpati kepada Ahlussunnah? Tidak. Mereka tidak menghendaki Syiah, tidak pula Sunnah. Mereka tidak bersahabat dengan Syiah maupun Sunnah. Namun, karena di Iran sekarang ini pemerintahan dan bendera Islam ada di tangan kelompok Syiah dan karena mereka memandang segenap komitmen rakyat Iran tertumpu pada Syiah, maka segala bentuk permusuhan mereka kepada revolusi tertumpu kepada revolusi Islam. Mereka berusaha memberantas Syiah agar pemerintahan politik Islam dan bendera kehormatan ini tidak menjalar ke tempat-tempat lain dan menarik simpati kaum muda di negara-negara lain.! Jangan sampai ada orang yang membantu pengkhianatan para musuh ini. Siapapun, baik di negara kita, di lembaga-lembaga Islam, di kalangan Syiah maupun diantara saudara-saudara kita dari kalangan Ahlussunah di negara kita, jangan sampai ada yang melakukan tindakan yang membantu ambisi kaum mustakbirin untuk menciptakan kebencian dan permusuhan.

Dengan pernyataan ini, tentu saja kami tidak bermaksud mengatakan supaya orang Syiah menjadi Sunni, atau orang Sunni menjadi Syiah, juga bukan supaya orang Syiah dan Sunni tidak lagi melakukan kegiatan ilmiah sesuai dengan kemampuannya untuk memperkuat akidah mereka. Kegiatan ilmiah kebetulan baik sekali. Sama sekali tidak ada masalah. Silahkan mereka menulis buku-buku ilmiah dan dalam lingkungan ilmiah, bukan dalam lingkungan non-ilmiah, apalagi dengan nada yang tercela dan keras. Dengan demikian, jika seseorang bisa membuktikan logikanya, maka kita tidak boleh mencegah kegiatannya. Namun, jika seseorang menghendaki perpecahan dengan kata-kata, tindakan dan berbagai macam cara, maka kita menganggapnya sebagai melayani musuh. Orang-orang Sunni harus waspada, begitu pula orang-orang Syiah. Persatuan nasional yang kami katakan tadi juga meliputi masalah ini.

Perlu juga saya ungkapkan di sini bahwa dewasa ini terdapat orang-orang yang memperlakukan persatuan nasional bukan sebagai semboyan-semboyan agamis, melainkan mencemarinya dengan slogan-slogan politik belaka. Kami sudah menasehati mereka dan sekarang pun kami juga menghimbau supaya persatuan bangsa yang besar dan bersatu ini jangan sampai goyah. Memisahkan bangsa yang besar ini satu dengan yang lain adalah tindakan melayani musuh bangsa ini. Jika bangsa yang besar dan matang ini memelihara persatuan nasional di negeri ini, niscaya akan tercipta peluang untuk persatuan bangsa-bangsa lain. Jika umat Islam yang berjumlah sekitar satu setengah milyar ini bersatu dalam berbagai persoalan prinsipal mereka, maka bisa Anda lihat betapa besarnya kekuatan yang akan tercipta di dunia ini. Namun, jika persatuan nasional ternyata retak, maka bicara soal persatuan Dunia Islam adalah omongan yang fiktif dan mengundang tawa semua orang. Sebagian orang menginginkan! supaya ini terjadi.

Bagaimanakah persatuan nasional bisa dipenuhi? Salah satu hal yang bisa menjamin persatuan nasional ialah bahwa orang-orang yang kata-katanya punya pengaruh di tengah masyarakat, atau para pejabat dan figur-figur agamawan dan rohaniwan hendaknya tidak memberikan pernyataan yang mengotori perasaan sekelompok masyarakat kepada kelompok-kelompok lain. Mereka jangan sampai membangkitkan fitnah. Membangkitkan fitnah dan membuat masyarakat saling curiga adalah salah satu bahan program para musuh terhadap bangsa ini. Radio-radio asing dan pusat-pusat pemberitaan ini mungkin bisa dikatakan bahwa separoh dari pernyataan-pernyataan mereka sudah direkayasa supaya satu kelompok masyarakat tertentu berburuk sangka kepada kelompok yang lain. Mereka duduk dan merancang pernyataan sedemikian rupa agar punya pengaruh.

Orang-orang yang bekerja dengan lisan dan pena pertama-tama harus waspada agar apa yang mereka nyatakan jangan sampai menciptakan prasangka buruk, jangan sampai menjadikan masyarakat saling berburuk sangka dan pessimis kepada pemerintah, karena hal ini juga merupakan satu bentuk tindakan membangkitkan fitnah dan perbuatan dosa lain. Sebagian orang sangat berkepentingan dengan pembuatan isu, membikin-bikin berita, mendistorsi berita, dan boleh jadi asal usul beritanya benar, namun berita ini dikemukakan sedemikian rupa agar materinya yang tidak sesuai dengan kenyataan bisa ditanamkan pada persepsi lawan bicaranya, agar hati rakyat, para pemuda, para pembaca dan pendengarnya berburuk sangka kepada para pejabat pemerintah, dan supaya orang-orang mengalami keragu-raguan.

Apa untungnya perbuatan ini? Perbuatan ini tidak mendatangkan hasil apapun kecuali menghambat laju perkembangan bangsa dan negara, membuat pemerintah ragu-ragu dalam bekerja, membuat rakyat frustasi kepada masa depan, dan merampas kekuatan optimisme yang besar dari tangan rakyat. orang berusaha menciptakan prasangka buruk orang-orang lain kepada pemerintahan secara keseluruhan atau kepada sebagian pejabat pemerintah. Padahal, kalau memang ada pernyataan yang benar, maka pernyataan ini bisa menghasilkan pengaruh yang jauh lebih baik jika disalurkan melalui jalur tertentu kepada pejabat atau kepada pejabat yang ada di atasnya. Ketika suatu peristiwa terjadi, kasus teror terjadi, kejahatan terjadi di suatu tempat, terdengarlah pernyataan yang sedemikian menyimpang, menimbulkan kecurigaan, dan membangkitkan keheranan para pembaca pernyataan orang-orang yang sama sekali tidak memiliki tanggungjawab. Coba lihat, betapa mereka yang memberitakan tentang fakt! a-fakta yang ada itu ternyata sangat jauh atau memang sengaja menjauhi fakta. Ini semua adalah masalah-masalah yang merusak persatuan nasional. Atas dasar ini, persatuan nasional adalah salah satu aspirasi yang paling mendasar dari sebuah bangsa.

Sebuah bangsa akan maju jika bersatu dalam memasuki gelanggang ekonomi dan terjadi peperangan. Dengan persatuan nasional wibawa bangsa akan lebih terpelihara. Di bawah naungan persatuan suatu bangsa akan berhasil meraih segala cita-cita besarnya. Perselisihan, perpecahan, hati yang saling tercerai, membenturkan berbagai kelompok dan tokoh tidak akan bisa memberikan pengabdian. Dengan demikian, ini merupakan satu prinsip yang mudah-mudahan bisa dijaga oleh kita semua. Ini adalah harapan kami kepada para pejabat yang berurusan dengan opini khalayak umum.

Materi kedua ialah materi keamanan nasional. Keamanan nasional sangatlah penting. Keamanan nasional tentunya mencakup keamanan dalam dan luar negeri. Keamanan luar negeri ialah menyangkut keamanan negara yang terancam dari arah kekuatan-kekuataan di luar perbatasan, atau tentara militer yang menyerang perbatasan suatu negara seperti beberapa perang yang pernah terjadi, atau berupa serangan politik dan propaganda terhadap sebuah negara yang adakalanya menimbulkan kekacauan dan kerusuhan. Hal ini berulang kali terjadi di pelbagai negara sehingga menimbulkan berbagai kesulitan. Keamanan dalam negeri merupakan upaya dalam skala besar yangmana jika segenap pejabat terkait bekerja dengan mengerahkan segenap kemampuannya akan sanggup menjamin aspirasi besar ini. Maka dari itu, keamanan bukanlah masalah kecil.

Seperti yang pernah saya katakan pada awal tahun, jika keamanan tidak ada, maka aktivitas ekonomi juga tidak akan ada, keadilan sosial tidak akan ada, pengetahuan dan kemajuan ilmu pengetahuan tidak akan terjadi, semua sektor sebuah negara secara bertahap akan porak poranda. Dengan demikian, keamanan merupakan tonggak dan fondasi.

Dalam masalah keamanan tentu ada contoh-contoh yang tidak begitu krusial, seperti ketidak amanan yang dialami oleh segenap masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya, atau pernah didengarnya dari orang-orang lain. Ini adalah sesuatu yang kalau toh penting, namun tidak terlalu mengancam. Contohnya ialah pencurian, walaupun aparat keamanan tetap harus mencegahnya. Pencurian adalah masalah yang tentu harus dicegah dengan serius oleh aparat kepolisian. Sejumlah orang mengacaukan keamanan rumah tangga orang lain demi tujuannya yang terselubung dan hina. Ini merupakan satu contoh untuk ketidak amanan, namun ini bukanlah contoh utama. Ini merupakan ketidak amanan dari orang-orang yang cuek, jahat dan hina yang tentunya menimbulkan dampak buruk dan mengganggu keamanan lingkungan. Ini juga merupakan ketidak amanan.

Di kanan kiri kita terdapat laporan-laporan yang tentunya sebagian dari Anda sudah pernah melihat atau mendengarnya. Orang-orang yang tidak komitmen kepada UU dan ketentuan adalah orang-orang jahat yang menciptakan ketidak amanan di berbagai tempat dan di majalah-majalah terhadap bangsa serta kehormatan dan wibawa masyarakat. Aparat kepolisian dan badan legislatif bertanggujawab menindaklanjuti kekejian dan kebrutalan para pengacau keamanan lingkungan dan urusan masyarakat, supaya mereka yang menjadikan titik kelemahan yang ada sebagai batu loncatan itu jangan sampai berpikir bahwa mereka berhak melakukan segala kesalahan dan perbuatan-perbuatan menyimpang. Mereka harus tahu bahwa mengacaukan kemanan lingkungan hidup masyarakat hukumannya bukan hanya meringkuk di dalam tahanan dalam waktu singkat. Islam memberikan hukuman yang lebih berat untuk para pengacau keamanan dan mereka yang menakut-nakuti masyarakat.

Jika hukum Ilahi diterapkan kepada mereka dan para pencuri, khususnya mereka yang menjadikan pekerjaan ini sebagai profesi, tentu hukum ini akan punya pengaruh besar. Tak usah mereka memperhatikan sebagian apa yang dianggap tabu di dunia serta berbagai gelombang propaganda, tetapi coba lihat apa itu hukum Allah? Hukum Allah menentukan segala sesuatu pada tempatnya dan sesuai dengan kadarnya. Kekacauan di bidang ekonomi juga merupakan bagian dari ketidak amanan. Mereka mengacaukan lingkungan ekonomi. Jika ada orang yang memiliki modal kecil, maka mereka menghancurkan modal-modal kecil dan fasilitas rakyat dengan tindakan-tindakan ilegal dan kelicikan. Mereka merampasnya demi keuntungan mereka sendiri. Selagi ada kesempatan, mereka tidak bosan melakukan penyalahgunaan-penyalahgunaan pribadi. Mereka mengacaukan lingkungan ekonomi.

Coba Anda perhatikan, jika kondisi ekonomi dalam sebuah negara sakit, maka salah satu penyakitnya ialah adanya celah-celah pelarian dari hukum yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu untuk memenuhi kantong-kantong mereka. Mereka merebut fasilitas masyarakat dan pemerintah demi interes dan kedudukan mereka.

Masalah yang lebih krusial ialah ketidak amanan sosial yang pada hakikatnya ketidak amanan nasional banyak berkaitan dengan masalah ini. Mereka mengacaukan keamanan lingkungan kerja, lingkungan ilmu, lingkungan mahasiswa. Sebelumnya pernah saya singgung bahwa seorang pejabat AS sebulan lalu menyatakan di Iran bakal terjadi kekacauan. Ini juga merupakan ketidak amanan. Mereka mempunyai berbagai program. Karena itu, segenap komponen masyarakat harus waspada. Orang-orang yang banyak mendapat gelombang konspirasi mereka juga harus waspada.

Sejak awal revolusi hingga sekarang, musuh sudah berkali-kali berusaha mengacaukan lingkungan kerja. Mereka berusaha menciptakan aksi mogok agar tenaga kerja berhenti melakukan kegiatan konstruktif di dalam negeri. Kendati sampai sekarang tidak pernah bisa, mereka tetap merancangnya. Mereka juga mengacaukan keamanan di dalam berbagai universitas. Mereka sudah mencobanya dalam satu dua kasus, tetapi mahasiswa sendiri telah menampar mulut musuh. Namun, boleh jadi musuh pernah berhasil di tempat-tempat tertentu. Upaya mereka ialah menghentikan aktivitas, kegiatan dan usaha di dalam kelas dan membuat para dosen dan mahasiswa menganggur, dengan cara menyulut ketegangan dan kerusuhan atas nama semboyan, unjuk rasa dsb.

Semua orang mengetahui bahwa para mahasiswa kita memiliki potensi yang cemerlang. Di tengah kegiatan para mahasiswa, kita melihat hal-hal yang memang benar-benar membangkitkan harapan dan sinyalemen cerahnya masa depan. Salah satu pekerjaan musuh ialah menciptakan ketidak amanan di lingkungan universitas. Yakni mereka melakukan tindakan untuk mempersulit dan memustahilkan kegiatan belajar, sekolah, mengajar dan kegiatan di laboratorium, atau mereka berusaha merusak keamanan kota sebagaimana yang pernah terjadi di Teheran pada tanggal 12 dan 13 Juli 1999, dimana jiwa para pemuda, anak kecil, para wanita, para pejalan kaki dan orang-orang yang berada di balik jendela rumahnya terancam bahaya. Mengapa? Karena sebagian orang lebih mementingkan aksi turun ke jalan-jalan dan menciptakan kerusuhan dengan melancarkan gerakan kekerasan dan pembangkangan. Mereka membakari kendaraan bermotor atau memecahkan kaca-kaca.

Kemudian mereka membuat-buat alasan. Tetapi alasan manakah yang membolehkan sekelompok orang menciptakan kerusuhan di sebuah negara yang merupakan rumah mereka sendiri -ini bukan rumah orang asing-? Di saat peristiwa seperti ini terjadi, petugas keamanan, pasukan militer, dan pasukan sukarelawan tentu tidak akan diam berpangku tangan. Siapakah yang harus waspada di depan kseperti ini? Jawabannya tak lain ialah masyarakat sendiri, para pemuda sendiri, para aparat sendiri, para mahasiswa sendiri dan lingkungan-lingkungan yang menjadi sasaran aksi makar ini sendiri. Haruslah diperhatikan, kalau mereka melihat seseorang tampil ke depan untuk mengompori situasi, maka orang itu harus ditangkap. Ketahuilah, mulut musuhlah yang sedang berkoar, suara musuhlah yang keluar dari kerongkongan orang ini.

Sebagaimana di setiap tempat para musuh selalu mencari-cari sesuatu, di dalam setiap kasus pun mereka menemukan hal-hal seperti ini. Setelah segenap masyarakat waspada, tanggungjawab keamanan ada di tangan instansi-instansi terkait, yaitu kementerian inteljen, kementerian dalam negeri, aparat kepolisian, badan yudikatif dsb. Inilah harapan rakyat yang paling besar kepada aparat pemerintah, dan ini juga merupakan permintaan saya yang paling utama kepada instansi-instansi terkait. Semuanya harus waspada dan mengawasi. Semuanya harus menunjukkan sikap waspada terhadap berbagai kasus. Kita tidak boleh membiarkan musuh melakukan apa saja yang mereka kehendaki.

Dalam masalah keamanan dalam negeri ini, adakalanya berkaitan dengan pihak di luar negeri, seperti halnya tindakan mengompori. Lihatlah, beberapa hari lalu seorang menteri AS menyampaikan pidato. Setelah hampir setengah abad, orang-orang AS baru mengakui bahwa merekalah yang menggerakkan kudeta 28 Mordad (1953). Mereka baru mengakui telah menyokong pemerintahan Pahlevi yang penindas, diktator, dan korup. Hampir 47 tahun setelah kudeta 28 Mordad, baru sekarang mereka mengakui hal ini. Kemudian mereka juga mengakui telah menyokong Saddam Husain dalam memerangi Iran.

Menurut Anda, bagaimanakah perasaan bangsa Iran yang teraniaya ini depan sikap dan pengakuan-pengakuan tersebut? Perang delapan tahun telah dipaksakan Rezim Irak terhadap kita. Berbagai kota dibom bardir, sumber-sumber kehidupan musnah, para pemuda berguguran sebagai syahid, trilyunan aset nasional musnah, berbagai kesempatan lenyap, sebuah kejahatan besar dalam sejarah terjadi. Sejak saat itu sudah berkali-kali kami tegaskan bahwa AS membantu Saddam Husain. Dalam berbagai pidato pada hari-hari peperangan berulang kali kami menegaskan masalah ini. Tetapi mereka memungkirinya dan mengatakan tidak berpihak. Kini, 12 tahun setelah perang usai, Menlu AS dalam pidatonya yang transparan di sebuah lembaga pusat secara resmi mengakui telah membantu Saddam Husain.

Sekarang, apa gunanya pengakuan-pengakuan kalian itu untuk kita. 25 tahun Muhammad Reza Pahlevi yang tiran, penindas dan bejat telah menjadikan musuh bangsa ini berkuasa. Sekarang kalian mengakui dan mengatakan: "Ya, kitalah yang melakukan perbuatan itu?" Apa gunanya untuk masa sekarang ini?! Seseorang memukul, membunuh anak dan kesayangan orang lain lalu begitu saja mengatakan saya minta maaf. Apalagi mereka juga tidak menyatakan permohonan maaf. Mereka hanya menyatakan pengakuan. Kalian (AS) telah menggerakkan kudeta 28 Mordad. Setelah itu, kalian memasung negara ini ke dalam kezaliman dan kebejatan. Sekarang kalian baru mengatakan: "Memang, kamilah yang melakukannya." Apa gunanya pengakuan kalian sehubungan dengan masa itu untuk masa kami sekarang ini?!

Saya katakan sekarang, boleh jadi 20 atau 25 tahun mendatang seorang menteri AS lainnya tampil dan mengatakan pengakuannya: "Memang, pada satu waktu –yaitu masa sekarang ini- kami telah melakukan konspirasi anti Iran. Kami telah melancarkan gerakan ini, kami telah melakukan perbuatan menyimpang ini, kami telah membekali musuh-musuh Iran sedemikian rupa, kami telah mengorganisasikan para pembangkang pemerintah Iran, dan seterusnya"

Setelah sekian tahun berbuat kejahatan, dan sekarang pun kalian masih melakukan tindakan-tindakan serupa dengan tindakan pada masa-masa itu, lantas untuk apa pengakuan kalian itu untuk bangsa Iran?! Dalam pernyataan kalian, ada dua kalimat yang kalian katakan, yaitu bahwa Iran memiliki bangsa yang besar dan memiliki kebudayaan yang tua. Apakah ini cukup untuk menghapus semua pengkhianatan, permusuhan dan pembunuhan hak bangsa ini?! Apakah kalian sedang mengecohkan bocah kecil?! Bangsa ini sendiri jauh labih mengetahui bahwa bangsa Iran adalah bangsa yang tua dan memiliki warisan-warisan budaya yang bernilai. Sebelum kalian, kami sendiri tahu bahwa letak geografis kami sangatlah penting dan strategis. Namun, apakah baru sekarang masalah ini membuat kalian bersusah payah dan apakah baru sekarang kalian mengetahuinya?! Inilah perangai orang-orang yang hanya ingin memperlakukan sebuah bangsa dengan sikap tirani dan otoriter.

Keaiban besar AS yang merupakan malapetaka besar bagi umat manusia sekarang ini ialah sikapnya yang tirani dan mempraktikkan posisi antara tuan dan rakyat jelata dalam memperlakukan bangsa-bangsa dan masyarakat dunia. Kepada OPEC bersikap tirani. Kepada bangsa-bangsa dan politik suatu negara juga demikian. Untuk apa bersikap tirani? Apakah demi aspirasi? Tidak, sikap tirani itu hanya untuk interesnya sendiri. Mereka (AS) hanya menghendaki pelayan yang menjamin kepentingan-kepentingannya. Bisa jadi, karena berbagai alasan, suatu negara dan bangsa bersedia berada di bawah sikap tirani ini. Namun, (lain lagi) jika ada suatu bangsa seperti Iran dimana pemerintahnya tidak berhutang kepada kalian, tangan mereka tidak berada di bawah pisau kalian, tidak punya kelemahan di depan kalian, tidak melakukan perbuatan yang membuat mereka takut kepada ekspos kalian, dan memiliki hubungan dengan rakyat. Bangsa Iran juga merupakan bangsa yang telah menjajaki kehor! matan dan Islam serta keteguhan kepada akidah dan kehidupan yang disertai dengan keyakinan yang mendalam dan merdeka. Apakah berdosa jika bangsa yang sedemikian ini tidak bersedia tunduk di bawah tirani kalian ? Dengan cara dan instrumen apakah kalian akan menaklukkannya jika bangsa ini tidak bersedia menerima tirani dan mengatakan, kami menolak prinsip tirani dan kesewenang-wenangan kalian? Bagaimana mungkin kalian bisa melakukannya?!

Kekuatan-kekuatan adi daya bersikeras untuk mengesankan bahwa apa saja yang mereka kehendaki di dunia bisa mereka lakukan. Di berbagai tempat hal ini memang terjadi, tetapi mengapa terjadi? Sebabnya ialah para pemimpin negara di situ berposisi sebagai boneka dan lemah.

Pemerintahan Islam dan rakyat Iran dengan keteguhannya selama 20 tahun dan kemajuan yang dicapainya kendati adi daya AS menentang habis-habisan bangsa Iran dan tujuan-tujuannya telah membuktikan bahwa AS dan ada daya lain atau konsolidasi semua adi daya tidak akan bisa berbuat tidak senonoh di depan suatu bangsa yang sadar, pemberani serta mengetahui dan membela hak-haknya.

Saya katakan pula, pemerintah AS yang sekarang mengaku 25 tahun membela kediktatoran, sampai sekarang masih tetap membela kediktatoran.tersebut, namun dengan cara propaganda dan gangguan. Sekarang mereka (Rezim Pahlevi) sudah tiada. Mereka sudah pergi menuju jahannam. Yang ada hanya sampah-sampah mereka di AS yang bernaung di bawah dukungan pemerintah AS. Para antek dan orang-orang bayaran mereka di pelosok dunia manapun, termasuk yang ada di sudut-sudut negara kita ini, selalu didukung oleh AS.

Sekarang seorang menteri AS tersebut dalam pidatonya juga masih mempromosikan Rezim Syah dengan kebohongan. Dikatakannya bahwa Rezim Syah memang diktator, namun telah memajukan ekonomi Iran. Ini merupakan kebohongan terbesar dan menggelikan yang telah diucapkan oleh seorang menteri luar negeri AS dalam situasi sekarang. Benarkah mereka telah memajukan ekonomi Iran?! Tentang ini, ketahuilah, khususnya para pemuda, bahwa orang-orang yang mengalami masa itu telah merasakan fakta-fakta yang ada dari dekat bahwa Iran pada masa itu Rezim Pahlevi telah melakukan pengkhianatan terbesar kepada ekonomi Iran, baik dari aspek taraf ekonomi pada masa itu maupun dari aspek fondasi-fondasi ekonomi yang dampaknya masih terasa hingga tahun-tahun setelahnya. Iran dijadikan sebagai gudang produk-produk impor dari Barat yang tak ada nilai dan faedahnya. Sarana-sarana yang tak laku, barang-barang lebihan dan tak diperlukan dibeli dengan harga yang tinggi.

Pertanian negara yang pernah meswasembada penuh dihancurkan secara total oleh Rezim Pahlevi sehingga keadaan masih tetap tak berubah sampai bertahun-tahun. Pertanian kita masih belum pulih seperti sediakala. Sebabnya ialah arus urbanisasi yang terjadi dengan dorongan dari mereka. Masalah ini tentu tidak bisa dicegah dengan mudah. Mereka telah membuat bangsa ini bergantung kepada negara asing dalam sektor pertanian. Ketika itu Iran membeli gandum dari AS, sedangkan lumbung-lumbung gandum dibuat oleh orang-orang Rusia. Jadi, bukan hanya dari sisi gandum Iran bergantung kepada luar, tetapi juga dari sisi penyimpanannya. Ketika itu mereka merusak desa-desa. Industri negara yang saat itu mengalami kemajuan dihentikan. Kemajuan yang seharusnya terjadi dalam industri demi mencegah barang-barang impor akhirnya tidak terjadi. Industri yang sangat aktif di negara ini dicegah Industri yang digalakkan hanyalah industri yang memiliki ketergantungan yang s! ama besarnya dengan produk-produk yang dihasilkannya, atau bahkan lebih.

Kegiatan ilmu pengetahuan mereka hentikan. Mereka bicara tentang universitas dan mahasiswa, tetapi dalam praktik kegiatan ilmiah di universitas-universitas Iran sangat minim. Orang-orang yang pikirannya aktif dan memiliki potensi yang cemerlang ingin bekerja seandainya di dalam negeri tidak ditindas, tetapi mereka terpaksa pergi dan bekerja di luar negeri karena di sini tidak bisa.

Perusahaan-perusahaan asing mendominasi sebagian besar sumber-sumber ekonomi negara. Mereka memusnahkan sebagian besar sumber-sumber minyak dengan cuma-cuma. Sekarangpun harga minyak tentunya juga murah. Uang yang kini diperoleh para produsen minyak pada hakikatnya bisa dikatakan bahwa mereka hanya menerima sepersepuluh dari uang yang seharusnya mereka dapati. Saya katakan pula sekarang bahwa uang yang didapati negara-negara importir minyak sebagai pajak jumlahnya lebih banyak dari keuntungan yang diperoleh negara-negara eksportir minyak. Sampai sekarang masih demikian. Namun saat itu tidak bisa dibandingkan dengan sekarang.

Selama sekian tahun hingga tahun 50-an, harga minyak perbarel di bawah satu US dolar . Lalu, karena orang-orang Eropa dan AS ingin menjual produk-produknya kepada mereka (para produsen minyak) dengan harga mahal, sedangkan mereka tidak punya uang, maka Eropa dan AS mendongkrak harga minyak sesuai keinginannya sendiri hingga mencapai angka 8 sampai 9 US dolar, supaya mereka bisa mendapatkan uang dan membeli produk-produk tersebut.

Pada zaman Rezim Syah, uang-uang Iran dalam jumlah yang besar ditransfer ke dalam rekening-rekening milik AS. Sebagai imbalannya, AS memberi dan menjual berbagai suku cadang pesawat dan barang-barang keperluan lainnya. Jadi, masalah produksi sendiri tidak dibicarakan. Ekonomi Iran saat itu adalah ekonomi yang terburuk untuk rakyat Iran. Dan ini tentunya sangat baik untuk para penjarah dan orang-orang AS. Kini masa sudah berlalu sekian tahun, dan para analis dan ekonom tentu tahu, dan bukan rahasia lagi untuk para ahli saat itu bahwa Rezim Syah telah mendatangkan bencana untuk ekonomi Iran.

Rezim ini dikatakan telah memajukan ekonomi Iran. Mengapa baru sekarang hal ini diutarakan?! Sebabnya ialah supaya para pemuda Iran sekarang yang terkadang mengalami kesulitan akibat kondisi ekonomi yang ada beranggapan bahwa pada masa rezim lama ekonomi Iran lebih baik. Trik dengan maksud seperti ini diutarakan oleh politisi itu dengan sangat polos. Niatnya ialah menyatakan dan menyebarkan persepsi bahwa ekonomi Iran pada masa lalu adalah ekonomi yang berkembang. Padahal masa itu adalah masa yang paling buruk untuk lapisan rakyat miskin, dan masa yang paling buruk dari sisi perampasan dan penjarahan sumber-sumber alam di Iran oleh pihak-pihak asing, terutama AS.

Maksud musuh dari luar negeri ini ialah menciptakan ketidak-amanan, perselisihan, keragu-raguan dan guncangan. Bukannya tanpa alasan jika sekarang rakyat dan pemerintah Iran memandang AS sebagai musuh. Mereka (AS) mengatakan, "Mari kita robohkan dinding ketidak percayaan." Ini dikatakan oleh Menlu AS di sana. Di sini pun sebagian penulis langsung memohon kepada Allah (agar ini terjadi). Mereka inilah yang sebagian kemungkinan besar berafiliasi dengan lembaga-lembaga (AS) tersebut dan mendapat dukungan dari sana. Mereka langsung menindak-lanjuti masalah ini.

Masalahnya bukanlah ada atau tidak adanya kepercayaan. Masalahnya ialah bangsa Iran melihat masa lalunya. Sejak awal revolusi, bangsa Iran segera melihat AS sebagai musuh. Sejak awal-awal revolusi sampai sekarang, AS masih terlihat memusuhi bangsa Iran, kepentingan nasional bangsa Iran dan pemerintahan yang diminati bangsa Iran. Hanya saja, sebagian dari aksi permusuhan ini dibantah oleh AS, tetapi sebagian lain diakuinya. Mereka mengakui bantuannya kepada Saddam. Bisa dipastikan, dalam waktu relatif dekat, AS juga akan mengakui dengan cara apa mereka menyerahkan bom-bom kimia kepada pemerintah Irak. Kami punya para korban-korban luka senjata kimia. Kita memiliki orang-orang yang cacat akibat persitiwa ini. Kami telah melihat semua bahaya ini. Apapun yang dilihat bangsa Iran, masalah-masalah seperti ini akan terlihat.

Dewasa ini pun, berbagai sarana propaganda mereka digunakan untuk menyudutkan Iran. Begitu juga fasilitas politiknya. Mereka mengesahkan dana untuk memusuhi keamanan. Sepak terjang politik luar negeri mereka selalu merongrong Iran. Bangsa Iran melihat ada musuh yang sedang berdiri di sana. Atas dasar ini, persepsi bangsa kami tentang AS bukanlah tidak adanya kepercayaan kepada AS, melainkan memandangnya sebagai musuh.

Mereka katakan siap berunding dengan pemerintah Iran. Ini merupakan sebentuk langkah-langkah pendahuluan untuk menambah permusuhan. Ini adalah tipuan. Sebagian orang mengatakan kita harus pergi untuk berunding dengan AS agar permusuhan ini bisa dienyahkan. Tetapi, tidak. Permusuhan dengan AS tidak akan teratasi dengan perundingan. AS hanya memburu kepentingannya sendiri di Iran. Jika di sini terdapat pemerintahan boneka seperti Rezim Syah, AS akan menghantam bangsa Iran seperti pada saat itu. Jika pemerintahan Iran independen, maka AS akan melakukan aksi permusuhan seperti sekarang. Jika kita lakukan perbandingan, akan kita lihat bahwa bahaya orang yang merdeka di depan AS jauh lebih kecil ketimbang bahaya tunduk kepada tekanan-tekanan AS.

Persepsi bangsa Iran ialah mengandalkan spirit keberanian dan pengorbanannya di depan konspirasi dan penipuan, di depan ketidak amanan, dan permusuhan. Bangsa Iran mengandalkan kekuatan dirinya, kekuatan akalnya, manajemen dan intelektualitas pemerintahnya serta kepada keberanian dan keteguhannya. Bangsa Iran percaya bahwa suatu saat mereka akan bisa membuat segenap musuhnya, termasuk AS, menyesali aksi permusuhan kepada mereka, sebagaimana yang terjadi pada sebagian musuh yang tadinya memang musuh tetapi kemudian tampil menjadi pihak mediator secara normal.

Ya Rabbi, dengan berkat Nabi Muhammad dan keluarganya, turunkanlah anugerah-Mu dari detik ke detik kepada bangsa ini. Menangkanlah bangsa ini dalam meniti jalan untuk menggapai cita-cita besar yang telah mereka gariskan. Ya Rabbi, binasakan dan jungkirkanlah musuh bangsa ini. Berkat Nabi Muhammad dan keluarganya, tunjukkanlah kekuatan hakiki dan gaib-Mu terhadap orang-orang yang melancarkan aksi makar terhadap bangsa ini.

Ya Rabbi, terimalah pembelaan dengan segenap jiwa dan raga bangsa ini atas citra, kemerdekaan, agama dan pribadinya sebagai salah satu perjuangan untuk mendekatkan diri kepada-Mu. Ya Rabbi, jagalah kaum muda kami dan jadikanlah hati mereka yang cemerlang itu semakin banyak mengenal-Mu. Ya Rabbi, singkirkanlah sesegera mungkin berbagai kesulitan yang dialami bangsa ini. Tolonglah orang-orang yang mengabdi kepada bangsa ini. Hadapkan kepada amarah dan murka-Mu orang-orang yang mengkhianati bangsa ini. Ceriakanlah hati AlMahdi Sahibuzzaman atas kami. Gembirakanlah arwah suci Imam Khomaini atas kami. Gembirakan dan puaskanlah arwah suci para syuhada atas kami.

Wassalamualaikum. Wr.Wb.