Friday, July 27, 2007

Karena Sepak Bola Sunni, Syiah dan Kurdi Bersatu di Irak

Karena Sepak Bola Sunni, Syiah dan Kurdi Bersatu di Irak

http://www.surya.co.id/



Wednesday, 25 July 2007

Setelah Amerika Serikat (AS) menjajah mulai pertengahan 2003, Irak tenggelam dalam pertumpahan darah hingga kini. Lebih dalam lagi, konflik internal di antara kelompok-kelompok di Irak juga mencuat, yang membuat negara itu bisa terancam perang saudara. Sepak bola berpotensi menyatukan.

Menurut John Pye dari Associated Press, Selasa (24/7), kalau ada satu hal yang menyatukan kelompok Syiah, Sunni dan Kurdi di Irak --yang sehari-hari sebetulnya terlibat dalam konflik faksional--, itu adalah sepak bola. Mereka disatukan kegembiraan yang sama oleh sepak bola, terutama saat melihat tim Irak menang. Yang paling mereka nanti-nanti kini adalah sukses Irak di ajang Piala Asia 2007.

“Rakyat Irak tak ubahnya rakyat Brasil, mereka menyukai sepak bola,” kata pelatih Irak yang asal Brasil, Jorvan Vieira seperti dikutip AP, Selasa (24/7).
Berbekal kenyataan itu, Vieira pun mencoba membangun Timnas Irak. Sebuah usaha yang tak mudah karena kompetisi liga Irak macet akibat perang, dan sebagian besar pemain juga tersebar di klub-klub asing di penjuru Timur Tengah.

Padahal, baru Juni Vieira diminta menangani tim dengan target mengharumkan nama Irak di Piala Asia. Karena perang, latihan pun tak mungkin di dalam negeri Irak.
“Ini memang pekerjaan sulit. Tapi, apa yang dialami para pemain tak kalah sulit. Tak ada satupun di tim Irak ini yang tidak kehilangan saudaranya akibat perang,” ujar Vieira, 53, yang tergolong pemberani ini. Tiga pelatih Irak pendahulunya selalu mundur akibat ancaman pembunuhan.

Melihat kondisi seperti itu, sejak awal Vieira menekankan pada para pemainnya agar melakukan yang terbaik bagi negara mereka, membawa kegembiraan pada rakyat Irak dengan menyisihkan perbedaan politik.

“Syukurlah, para pemain tak pernah mencampuradukkan urusan politik dengan sepak bola. Saya punya pemain Syiah dan Sunni, dan tak ada masalah. Mereka bahkan sangat dekat satu sama lain,” kata Vieira.

Selain karena prestasinya, warga Irak tampaknya juga bangga dengan timnas karena ke-bhineka tunggal ika-an itu. “Tim ini mewakili semua sekte di Irak, tetapi mereka semua warga Irak. Mereka saudara-saudara kami,” ujar Haydar Adnan, warga Syiah di Baghdad, seperti dikutip International Herald Tribune.

Di tengah kekacauan perang, sepak bola memang jadi kebanggaan baru Irak. Mereka masuk semifinal di Olimpiade Athena 2004, ke grand final Asian Games 2006 dan semifinalis Piala Teluk 2007, serta sekarang semifinalis (dan bahkan mungkin finalis atau juara) Piala Asia 2007.sko