Monday, July 2, 2007

Mengintip Ulah Orientalis Dalam Menodai Keagungan Al-Quran

Mengintip Ulah Orientalis Dalam Menodai Keagungan Al-Quran

http://infosyiah.wordpress.com

Tanpa diragukan lagi, al-Quran adalah kitab yang tak mungkin ditahrif dan diubah; baik ditambah, dikurangi atau diacak tempat aslinya. Ini merupakan sebuah kesepakatan seluruh umat Islam, baik kalangan Syiah maupun Ahli sunah. Para ulama terdahulu dan kontemporer kedua kalangan telah menyatakan hal ini secara gamblang.

Begitu banyak dalil literal maupun nalar yang dikemukakan. Hanya saja, pemaparan dalil-dalil itu bukan tujuan penulisan artikel ini. Karena tujuan utama penulisan artikel ini adalah membongkar sebuah misteri akbar yang telah mencabik-cabik persatuan umat Islam dan telah banyak menumpahkan darah suci muslim. Ini semua karena ulah seorang orientalis yang menurut beberapa kalangan cendekiawan muslim sendiri, mereka banyak berjasa kepada Islam.

Memang betul, mereka telah banyak menyodorkan khidmat dan pelayanan kepada Islam dan muslimin. Mereka telah membantu muslimin dalam mencetak dan menyebarkan kitab-kitab islami, satu abad yang lalu mereka telah menyusun Ensiklopedia Islam guna mempermudah para muhaqqiq untuk mengkaji Islam, mereka juga menyusun Ensiklopedia Quran, sebuah upaya yang belum disentuh oleh ulama Islam sendiri, dan setumpuk khidmat yang lain.

Begitu besar khidmat mereka, sehingga tim penerjemah Ensiklopedia Islami yang berasal dari Mesir, yang terdiri dari Ustad Muhammad Efendi, Ibrahim Zaki Khursyid dan Abdul Hamid Yunus mengatakan: ”Jika terdapat kesalahan dalam karya spektakuler ini, maka ketahuilah mereka (para penyusunnya yang terdiri dari ilmuwan Yahudi, Nasrani dan dibantu beberapa orang muslim) adalah manusia biasa yang mungkin berbuat salah”. Dan beberapa ungkapan unik lain yang menggambarkan kemilau khidmat para orientalis”.

Akan tetapi sebuah pertanyaan, apakah semua upaya mereka itu khidmat tanpa khiyanat sedikit pun? Atau dengan kata lain, apakah mereka melakukan karya-karya ini untuk Qurbatan illallah? Atau ada udang di balik peyek? Lagi-lagi, jawaban apakah upaya Barat (orientalis) dalam mengkaji Islam dan al-Quran sebuah khidmat atau khiyanat? Bukan tujuan penulisan artikel ini. Insya Allah kajian ini akan kami bahas pada kesempatan mendatang.

Nah, salah satu bentuk khianat mereka dalam memperkenalkan Islam dan al-Quran adalah penulisan dan penyebaran buku-buku yang memorak-porandakan barisan persatuan umat Islam; Syiah dan Ahli sunah. Salah satu buku yang kami maksud itu adalah buku Fashlul Khitab fi Tharif Kitab rabbil Arbab, dicetak pada tahun 1291H.Q yang dinisbatkan kepada seorang ahli hadis Syiah, Muhadis Mirza Husain Nuri.

Para pemuka hauzah ilmiah Najaf saat itu, spontan mengingkari dan mengeluarkan perintah untuk menariknya dari peredaran serta menulis buku yang begitu banyak untuk menentang buku tersebut, di antara para ulama yang mengkritik dan menentang kitab tersebut adalah:

1. Seorang faqih yang bernama Marhum Syekh Mahmud bin Abi Qasim yang terkenal dengan Muarrab Tehrani (wafat pada tahun 1313 H). Beliau menulis kitab Kasyful Irtiyab fi Adami Tahrifil Kitab.

2. Marhum Allamah Sayyid Muhammad Husain Syahristani (wafat pada tahun 1315 H) beliau menulis kitab lain dalam rangka menolak kitab Faslul Khitab dengan judul Hifdzul Kitabisy Syarif ‘an Syubhatil Qaul bit Tahrif.

3. Marhum Allamah Balaghi (wafat pada Tahun 1352 H) salah seorang muhaqqiq hauzah ilmiyah Najaf yang terkenal dengan karnyanya, Tafsir Alau Rahman, yang ditulis beliau untuk menjawab isi buku Faslul Khitab.

Semua ulama itu menegaskan bahwa riwayat yang ada di dalamnya dhaif atau lemah baik dari sisi sanad maupun dilalahnya. Hanya sayang seribu sayang, Ahli sunah tetap bersikeras menuduh, menuding dan memojokkan Syiah sebagai aliran yang meyakini tahrif al-Quran, dengan dalih buku ini, buku yang sejak awal ditentang oleh mayoritas ulama Syi’ah.

Padahal jika Ahli sunah menuding Syiah meyakini tahrif Quran karena sebuah buku seperti Fashlul khitab, maka Ahli sunah juga demikian. Adalah Ibnul-Khatib Misry dari golongan Ahli sunah yang menulis kitab Al-Furqan fi Tahrifil Quran. Kitab tersebut telah tersebar pada tahun 1948. M (1367 H.Q). Universitas Al-Azhar pada waktu yang tepat menyadari keberadaannya dan dengan segera mengumpulkan buku itu dan melenyapkannya.

Dan andai, Ahli sunah menuduh Syiah meyakini tahrif karena riwayat-riwayat yang dimuat oleh kitab-kitab hadis seperti Al-kafi, maka Ahli sunah juga demikian. Betapa banyak riwayat yang bertebaran dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim - Lihat Shahih Bukhari, jilid 8, halaman 208-211 dan shahih Muslim, jilid 4, halaman 167 dan jilid 5, halaman 116.- yang mengindikasikan tahrif Quran.

Ala kulli hal, tuduhan semacam itu, pada dasarnya telah menodai keagungan al-Quran sendiri yang telah dijamin oleh Allah Swt dari segala perubahan.

Di samping itu, kalau kita mengetahui misteri penulisan buku Fashlul khitab, kita akan tercengang dan sadar bahwa semua ini adalah gawenya orientalis yang ingin memecah belah persatuan umat Islam. Berikut ini sebuah fragmen sejarah penulisan buku pembawa sial ini, sesuai penuturan Ayatullah Mar’asyi Najafi yang dinukil dari Sardar Kabuli.

Pada suatu hari, saya (Sardar Kabuli) bersama Muhadis Nuri. Tiba-tiba seorang sayid datang dengan isak tangis sambil memukuli kepalanya. Haji Nuri, bertanya: Apa gerangan yang terjadi? Dia menjawab, Kenapa Allah berbuat zalim kepada Ali dan tidak menyebut namanya dalam al-Quran? Muhadis Nuri yang terpengaruh oleh kesedihan sang sayid akhirnya berkata: tidak, sebenarnya Allah telah menyebut namanya, akan tetapi para musuh kita telah menghapusnya. Sayyid yang berbusana Rohani (Mu’ammam) itu meminta sanad dan dalil hal tersebut. Muhadis Nuripun membeberkan riwayat-riwayat itu. Si sayyid tiap hari datang untuk menyimak hadis-hadis dhaif itu. Setelah riwayat itu tersusun dengan rapi, si sayyid mencetaknya dengan pantauan Muhadis Nuri, judul buku itu adalah Fashlul khitab. Selang beberapa waktu, suatu hari, saya (Sardar) pergi ke Konsulat India untuk mengambil Visa. Di sana saya melihat seseorang yang tersenyum kepada saya. Dia pun datang menghampiri seraya berkata: apakah engkau masih mengenalku? Tidak jawab sardar. Orang itu berkata lagi: Aku adalah sayyid yang datang kepada Muhadis Nuri saat itu, untuk mengambil riwayat-riwayat tahrif Quran. (Kisah ini kami nukil dari buku Syarq syenasi wa Islam Syenasi Garbiyan; buku terbaik tahun 1385 H. Syamsiah, tentang Quran di Iran, karya Dr. Muhammad Hasan Zamani, halaman 363).

Muhadis Nuri sendiri, sesuai penukilan kitab Adz-Dzariah, jilid 16, halaman 231 membela diri dan menulis sebuah risalah yang isinya adalah, maksud saya dari kitab tersebut adalah tidak adanya tahrif dalam al-Quran akan tetapi dari ungkapan-ungkapan yang saya pakai telah disalahpahami.

Sebenarnya orientalis seperti ini dengan karya-karya besarnya yang telah kami sebutkan di atas, mampu untuk membuat sendiri buku semacam ini melalui tahqiq-tahqiq mereka, tapi untuk lebih meyakinkan mereka memperalat ulama dan sosok penting.

Akhirnya, semoga dengan fakta ini, kita dapat menyadari musuh sebenarnya yang sedang mempermainkan kita umat Islam.

وَ لا تَقْفُ ما لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمًٌ …(اسراء 36)

Selanjutnya terserah Anda…

No comments: