Monday, June 18, 2007

KONFLIK SUNNI-SYIAH DI IRAK DISEBABKAN KEHADIRAN AS

KANG JALAL : KONFLIK SUNNI-SYIAH DI IRAK DISEBABKAN KEHADIRAN AS
Wawancara dengan : Ahmad Nurcholish/Syirah

http://www.jalal-center.com

Siang itu, langit Jakarta terasa sangat menyengat. Tak hanya itu, kepulan asap kendaraan bermotor yang memadati lalu lintas Jakarta semakin melengkapi kesemrawutan kota metropolitan ini.

Namun, suasana itu hilang saat memasuki Pusat Studi Islam Paramadina di bilangan Pondok Indah Jakarta Selatan. Dr. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. sedang menyampaikan kuliah di depan mahasiswa Paramadina. Uraiannya yang tandas dengan basis pengetahuan yang luas membuat mahasiswa fokus mendengar ceramahnya.

Jalaluddin dikenal sebagai pakar komunikasi, pemuka agama dan pimpinan Jemaah Ahlul Bait. Ia lebih akrab disapa Kang Jalal. Sejumlah buku telah lahir dari tangannya. Di antaranya adalah Islam Aktual (Mizan Pustaka), Meraih Cinta Ilahi (Remaja Rosda Karya), Madrasah Ruhaniah (Mizan Pustaka), dan Memaknai Kematian (IIMAN).

Ketokohan dan pemikirannya dapat disejajarkan dengan almarhum Cak Nur dan Gus Dur. Bahkan, penulis buku Islam dan Pluralisme: Akhlaq Qur’an Menyikapi Perbedaan ini juga memantik kecaman dari kubu yang bersebrangan dengan gagasan-gagasannya.

Adian Husaini misalnya, dalam situs Hidayatullah.com, ia mengatakan: “Jalaluddin Rakhmat, memanipulasi ayat untuk mendukung gagasan Pluralisme Agama. Cara seperti ini sama saja dengan "menjual minyak babi bercap onta",” kata anggota MUI ini.

Namun, pria yang lahir di Bandung , 29 Agustus 1949 ini tetap konsisten dengan keyakinan yang dipahaminya. Termasuk soal nikah mut’ah dan poligami. Baginya kedua hal tersebut dihalalkan oleh ajaran agama yang tidak seorang pun boleh mengharamkannya.

Usai mengajar di PSI Paramadina, Kamis (3/5) lalu ia langsung menuju mess IJABI di Jl. Puri Mutiara II/39 Jakarta Selatan untuk berbincang dengan Syir’ah.

Ditemani sepiring tempe goreng, sepiring tahu goreng, sepiring kacang atom, dan sepiring rempeyek kacang, kepada kontributor Syir’ah Ahmad Nurcholish, Kang Jalal berbicara panjang lebar seputar pertemuan Sunni-Syiah Istana Bogor awal April lalu, tentang Nikah Mut’ah yang sudah disalahgunakan, juga soal poligami yang belakangan ramai diperdebatkan. 6 orang pengurus IJABI turut pula menemani perbincangan akrab dan hangat siang itu. Berikut petikannya:

Pada 3-4 April lalu diselenggarakan Konferensi Sunni-Syi’ah di Istana Bogor . Apa agenda utama yang diusung?
Yang utama berkaitan dengan kontribusi bagi pemecahan masalah konflik Sunni-Syiah di Irak. Kita sebagai negara muslim terbesar mestinya ikut andil memberikan sumbangan untuk menyelesaikan konflik Sunni-Syi’ah itu.

Untuk itu diundanglah pemimpin-pemimpin Sunni dan Syiah. Hadir pada waktu itu antara lain
Syeikh Al-Azhar Mesir. Dari
ada dari Sunni, ada pula dari Syiah. Begitu pula dari Syiria, ada utusan dari Sunni dan Syiah. Dari kayaknya dari Sunni aja ya…. Kecuali saya. (sambil terkekeh…)

Siapa awal mula yang berinisiatif menggagas pertemuan tersebut?
Menteri Luar Negeri RI.

Sejumlah ulama Irak batal hadir pada pertemuan itu. Konon karena pemerintah RI mendukung resolusi DK PBB. Betul begitu?

Tidak terlalu tepat. Saya melihatnya ada satu alasan teknis. Mungkin juga karena mereka sibuk dengan situasi di negeri mereka masing-masing. Idealnya memang mereka datang ke sini (
), baik dari Sunni maupun Syiah. Dan itu ternyata kesulitan. Jangankan mengumpulkan mereka di luar negeri, di dalam negeri saja sulit. Jadi, lebih banyak alasan teknis.

Saya sendiri merencanakan bertemu dengan mereka, wakil-wakil dari Irak.

Kapan?
Tanggal 13 Mei mendatang di Damaskus, Syuriah. Jadi, saya bersama peserta konferensi seperti Alwi Shihab, Hasyim Muzadi (Ketua Umum PB-NU, Presiden WCRP), Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin akan bertemu dengan mereka di sana.

Dalam rangka apa?
Masih terkait dengan konflik Sunni-Syiah.

Asisten Politik Sekjen OKI (Organisasi Konferensi Islam) mengatakan bahwa konflik Sunni-Syiah di Irak bukan dilatari oleh perbedaan theology, tapi karena adanya tentara AS di Irak. Pendapat Anda?
Itu pendapat ijma. Seluruh peserta konferensi sepakat akan hal itu. Karena itu kita usulkan supaya tentara AS segera hengkang dari Irak dan diganti dengan tim perdamaian dari negara-negara Islam.

Ma’ruf Amin (mantan Ketua MUI, kini menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden), sebagai alternatif mengusulkan agar ada pembagian wilayah antara Sunni-Syiah untuk meredam konflik. Pandangan Anda?
Justru itu akan semakin memperuncing masalah. Dengan pembagian semacam itu nanti akan muncul klaim ini wilayah Sunni, itu wilayah Syiah. Mereka itu sebenarnya sudah hidup berdampingan dengan damai lebih dari seribu tahun.

Jadi sebelum tentara AS ada di sana, Irak tak ada masalah?
Enggak ada masalah. Di sana itu ada sebuah jalan besar yang melintas di kota Bagdad. Jalan itu di sebelah kanannya (komunitas) Sunni, di sebelah kirinya (komunitas) Syiah. Toko mereka juga berhadap-hadapan. Mereka bertetangga dan saling mengawini di antara mereka.

No comments: